Friday, September 9, 2016

Tempat Pemaharan Benda-Benda Pusaka dan Koleksi "Padepokan Suksmo Djagad Manunggal Djati"  minat hub: 082143314149 / 087758100345

Saturday, September 3, 2016

Pembersihan Pemakemman Pra Penyelarasan Di Arjuno







Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh... Sugeng Rahayu Sagunging dumadi  salam Budaya dan salam seduluran. 
Mohon maaf para pembaca sekalian sengaja kami unggah artikel ini  semua tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk mengenang kisah-kisah perjalanan  kami antara santri "PSDMD" yang jauh atau yang sa'at ini dekat pada tempat Padepokan Kami,  agar bisa selalu mengenang kisah-kisah antara kami yakni kakak dan adik seperguruan selama dalam naungan di Padepokan kami yakni "PSDMD" ( Suksmo Djagad Manunggal Djati ), dan kisah dibawah ini kami alami waktu perjalanan Ritual  4 hari 3 malam yang waktu itu saya atas nama : Sayyidno / Gelar Sayyid Ahmad Sanyoto Asal Cilacap Jawa Tengah  dalam artikel ini menulis kisah pengalaman kami waktu di malam : yakni : Ekspedisi Ritual  Pembersihan dan Pemakemman sekaligus Latihan Penyelarasan.

Saya ucapkan rasa Puja dan Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan HidayahNya pada saya dan juga telah mempertemukan saya kepada sahabat-sahabat baru saya yakni para Santri “PSDMD” dan syukur Alkhamdulillah sa’at ini saya sudah mendapatkan atau mempunyai seseorang yang saya anggap mampu untuk membimbing saya yakni Guru dan Mursyid saya , beliau adalah : Ki. Ageng Selo dan orang sekitar memanggil beliau dengan sebutan : Gus Madjid.
Saya tuliskan perjalanan kisah ini yang nyata dan benar adanya apayang saya alami yakni pada sa’at saya mencari Jati Diri yang sebelumnya saya selama ini mencari dan terus mencari yang tak kenal tempat dan tidak berputus asa , Wal khasil saya dipertemukanlah oleh Alloh kepada beliau seseorang yang membing saya, singkat cerita waktu itu sebelum kita berangkat  kamipun disuruh menunggu karena salah satu anak dari Gus Madjid  yakni anak yang ke tiga atas nama : Abid Ashraf Kamalludin mengalami sakit , sedangkan semua segala persiapan sarana dan prasarana yang sudah kami siapkan bersama team yang segera berangkat yakni para beliau Santri Gus Madjid diantara lain :
1.       Saya sendiri / penulis : Cilacap Jateng
2.       Gus Madjid
3.       Fu’ady / Joyo Waskito : Sidoarjo Jatim
4.       Dona / Ki Guntur Jagat Lelono / Mbah Gandreng : Gresik Jatim
5.       Heris E.P / Ki Samber Sukmo Jagat Pamungkas : Tuban Jatim
6.       Habib : Palembang Sumsel.


Tepatnya pada pukul 6 malam ba’dho magrib , segera Gus mengatakan bahwa malam ini juga kita tetap harus berangkat walau dalam kondisi apapun, yang waktu itu tujuan dan tempat lokasinya kami ber enam itu tdk tahu kemana dan dibawa kemana kita semua menjalani prosesi ritual tersebut , maka saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau yakni Gus sendiri, setelah saya tanyakan Gus.... kita ini mau berangkat kemana...? lantas Guspun terdiam sejenak , lantas Gus masuk kamar khusus nya sekitar beberapa menit kemudian lantas  Gus keluar dari kamar dilanjut dengan mengucapkan kepada kami : kita pergi ke Jolo Tundo dulu , disana nanti entah kita mau pergi kemana lagi sa’at sekarang saya belum tahu, ujar Gus.
Perasaan sayapun semakin tidak karuan was-was dan sebagainya, karena pemberangkatan ini menyangkut dengan misi saya sendiri, singkat cerita kamipun mengawali pemberangkatan tersebut dengan berdo’a yang dipimpin oleh Gus sendiri, maka perjalanan dari sidoarjo ke Jolo Tundo Trawas pun kita lalui sekita kurang lebih 1,5 jam lantas kitapun  sampai di tempat Tujuan pertama, yang mana saya sendiri baru pertama kali ke Lokasi tersebut , ternyata suasana alam yang sangat sejuk dan dingin , mungkin karena lokasi yang ada di lereng Gunung Penanggungan itu, sambil melihat-lihat lokasi ternyata disini tempatnya seseorang jika melakukan ritual dan juga didepan pintu Gapuro Jolo Tundo tersebut sayapun sudah menghirup suatu aroma yang tidak asing bagi saya , yakni aroma Minyak wewangian dan aroma Hio atau dupa yang telah dibakar bisanya saya sendiri memakainya waktu belajar pada guru-guru saya yang lain.
Suasananya yang begitu gelap yang mungkin  disengaja oleh masyarakat sekitar yakni tempat tersebut dikhususkan bagi para pelaku ritual , lantas setelah kita membeli tiket masuk maka bergegaslah kita mengikuti isyarat Gus untuk memasuki area yang mungkin sudah menjadi tujuan kita menurut beliau, lantas kitapun mengikuti Gus berjalan dibelakangnya, sesampai di lokasi yang begitu gelap itu kamipun menggelar tikar , dan kami duduk disitu sambil menunggu kata Gus tentang kemanalagi kita selanjutnya, sambil menikmati udara yang semakin menusuk tulang itu  remang-remangpun saya mulailah tampak bahwa yang ada didepan saya ini adalah sebuah gubangan yang berisi air jernih dan setelah saya menyalakan lampu penerangan maka terlihatlah didepan saya itu adalah semacam tumpukan bebatuan semacam candi, dan di air tersebut tampaklah oleh penglihatan saya bahwa ada sekumpulan ikan yang beraneka ragam jenis ikan itu tampak semakin indahnya saya rasakan jika saya berfikir itu pada waktu saya liat siang atau pagi hari, seketika itu Gus berkata kepada saya agar mempersiapkan segala sesuatu dan lantas lanjut antri dalam ritual pertama yakni kungkum disebuah gubangan atau sendang asal mata air tersebut, yang konon disini adalah petilasan dan peninggalan Prabu Aer Langga Maja Pahit.

Dengan mengikuti petuah-petuah dari Gus kitapun bergegas melaksanakannya , lantas tibalah giliran kita dalam antrian orang-orang yang sama seprti kami yakni melakukan ritual kungkum, maka kamipun bergegas melaksanakan ritual kungkum itu, sebelum kami masuk didalam air yang begitu dingin , maka kamipun di bimbing oleh Gus untuk segera mengikuti dan membaca suatu bacaan yang dituntun oleh beliau, lantas kita pun mengikuti , setalah itu lanjut kita disuruh ber wudlu , setelah ber wudlu maka kamipun masuk kedalam air yang dalamnya kira-kira sedada orang dewasa, anehnya pada waktu kungkum tersebut saya merasakan sesuatu hal yang aneh bagi saya yakni : seperti goncangan yang amat dahsyatnya pada tubuh saya waktu tangan Gus berada diatas kepala saya , lantas ada sesuatu yang sayapun tidak tahu itu, tetapi saya merasakannya ada sebuah cahaya yang keluar melalui seluruh tubuh saya , lantas saya kaget akan tetapi saya terus berusah tenang dan mengikuti petuah-petuah Gus karena waktu itu Gus Pun ikut Kungkum , taklama kemudian saya disuruh berdiam persis dibawah guyuran mata air yang keluar , kira-kira hampir satu jam , saya pun dipanggil oleh Gus dan semua kawan-kawanpun segera menyelesaikan prosesi kungkum tersebut, lantas diajak naik ke atas bebatuan yang jalannya cukuplah sulit dan licin itu, lantas tibalah kami di suatu tempat pertapaan atau persemedian para raja-raja Mojo Pahit dahulu,lantas kitapun mengikuti isyarat Gus untuk mengikuti segala apa yang Gus ucapkan dan berdzikir , setelah selesai berdzikir lalu saya disuruh untuk bersemedi disitu dengan seorang diri.

Beberapa jam kemudian terdengarlah dalam telinga saya adanya suara yang memanggil saya , setelah saya cernah ternyata suara Gus , dan beliau berkata agar saya segera meng ahiri semedi saya, lantas sayapun mengahirinya, dan mengikuti kemana arah Gus membawa saya, setelah tibanya saya di suatu pendopo disitu tampak kawan-kawan santri yang lain langsung menyodorkan rokok pada saya untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk tulang belulang itu.
Setelah saya duduk sebentar dan Gus pun bertanya pada saya , bahwa didalam saya bersemedi tadi apa yang kamu rasakan dan kamu lihat, sayapun menjawab : Ngapurane Gus Kulo wau kroso dan melihat sesuatu yang aneh , saya melihat saya sendiri akantetapi disitu saya berada di atas Gunung yang terjal jalannya, dan disitu sayapun melihat ada kita semua disana , lantas Gus bertanya trus ada apa lagi... sayapun menjawab : saya melihat ada ular besar ber mahkota diatasnya tapi anehnya ular itu ada dua dan ular tersebut berdiam... lantas itu muncul ada sesuatu entah apa di bawah ular tersebut, ujar Gus ... ok... kita istirahat sebentar lantas ujar Gus lagi : Mas Nok... yang kamu lihat itu adalah isyaroh kepada kita semua agar untuk meneruskan perjalanan kita ke G. Arjuno , karena yang Panjenengan lihat itu ada ular dsb, maka kita harus betul-betul ikhlas dan tabah hati dalam perjalanan nantinya , ujian itu tidaklah mudah seperti yang kita harapkan , maka kita semuapun menjawab : Sendiko Dawuh Gus... lantas Gus pun berdiam sejenak, setelah itu Gus berkata : mulai sa’at ini hingga proses perjalanan nanti hingga usai kita semua tetap bersama , dan jangan sampai ada yang terpisah diantara kita.
Selang beberapa kemudian saya berkata kepada Ki Samber : ki saya kok melihat ada cahaya yang turun tepat di bebatuan arca yang kira-kira jaraknya 15 meter dari tempat kami duduk, lantas Ki Samberpun menjawab : datangilah agar kamu tahu ada apa disana, lantas sayapun memohon ijin pada Gus , untuk melihat apa yang terjadi , Guspun mengizinkannya, lantas saya mengajak salah satu Santri yang lain yakni Mbah Gandrenk, untuk mendatangi tempat tersebut maka kamipun bergegas datang pada tempat yang saya maksud tersebut, setelah saya tiba disitu dan saya periksa dengan sebuah penerangan lampu senter, ternyata tiada apa-apa yang berarti, akan tetapi disitu Mbah Gandrenk pun berkata : ini ada yang lain entah apa ini, lantas segeralah Mbah Gandreng berdiam diri sejenak lantas saya disuruh menarik nafas yang kuat lantas Mbah Gandreng meraih tangan kanan saya agar mengarahkan kesuatu tempat , tak lama kemudian Mbah Gandrenk menjejakkan telapak kakinya ke Bumi 3X seraya menyebut Alloh.....Hu akbar, Subkhanalloh setelah itu saya mendengar sebuah letusan kecil tepat didepan tangan saya , dengan hati was-was dan kebingungan pun saya bertanya pada Mbah Gandrenk : onok opo Mbah.... Mbah Gandreng pun menjawab : lihatlah pakai senter , setelah saya sorot pakai lampu senter ternyata Subkhanalloh.... kok ada sebuah batu yang bercahaya bias keputihan tampak diantara batu-batu kecil hitam yang lain, lantas Mbah Gandreng menyuruh saya agar saya mengambilnya , lantas kita haturkan kepada Gus.

Singkat cerita tepatnya pukul 02:30 dini hari , Gus mengisyaratkan agar kita berkemas dan lantas bergeser menuju G. Arjuno. Maka kamipun bergegas beranjak meninggalkan lokasi Jolo Tundo,walau trasa lelah dan ngantuk kami masih semangat untuk melanjutkan perjalanan yaitu G.Arjuno mengikuti apa yang sudah di isyarohkan kepada saya ujar Gus waktu saya bersemedi tadi.                                   Dalam perjalanan ke G.Arjuna sedikit melepas lelah kami berhenti sejenak d sebuah warung kaki lima sebuah warung soto dan cocok untuk mengisi perut kami..karena semalaman hanya kopi dan rokok saja.Sekitar setengah jam Gus pun mengisyaratan agar kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali,dengan sigap kitapun mengikuti apa yang Gus katakan untuk melanjutkan perjalanan.

Jarak tempuh ke G.Arjuna dari JoloTundo sekitar dua jam,tepat jam 05:00 kita langsung mengikuti Isyarat Gus yaitu: kita di suruh ke tempat pertama yakni Petilasan Pertapaan Bethoro Guru di kaki G.arjuno, sesampainya di Pertapaan Bethoro Guru yang lokasinya masih dekat perkampungan, kami pun harus menjaga tingkah laku dan sopan santun Gus berkata kita rehat sebentar dulu di sini,dengan tanpa di suruh Ki joyo waskito dan Habbib menurunkan tas dan barang bawaannya trutamanya sebuah tikar dan peralatan perbekalan kami untuk beristirat dan sedikt meluruskan badan sambil minum kopi yang sudah d persiapkan tadi sama Ki joyo Waskito dan Mas Habbib,di saat kita ngobrol dan sedikit bersenda gurau karena tempat kita ini sedikit dekat kampung jadi kita harus menjaga sopan santun pesan Gus,di saat kita lagi asyik menikmati kopi tiba-tiba entah dari mana awalnya ia datang  kitapun tidak mengetahui, seorang kakek-kakek tua dengan pakaian sedikit lusuh,kami semua yang lagi menikmati kopi pun sedikit terkejut sambil seraya menyapa salam dan menawarkan secangkir kopi,dan kakek-kakek itu pun menghampiri kita semua dan aku persilakan duduk bersama kita dan ku suguhkan makanan apa yang ada,kami pun memperkenalkan diri pd kakek itu,dan kami pun dengan lemah lembut bertanya kepada si kakek nama kakek siapa?  Dengan pelan si kakek menjawab kulo asmanipun Mbah Romo..ternyata Mbah Romo yang lucu dan kocak sehingga kita semua bisa tertawa-tawa mendengar cerita Mbah Romo,selang beberapa lama tiba-tiba Mbah Romo mengeluarkan sesuatu yang tersimpan di saku bajunya,eeh ternyata hanya selembar kertas dan sebuah pulpen,kami pun menanyakan untuk apa Mbaah?,Mbah Romo hanya tersenyum belum menjawab pertayaan kami,Mbah Romo hanya mulai menggambar sesuatu yang kami hanya melihat dan tidak tau makna dan arti lukisan yang Mbah Romo gambarkan,dan kami pun sambil memperhatikan Mbah Romo menunggu satu kata ucapan Mbah Romo, kami semakin penasaran ingin tau apa makna lukisan itu,tiba-tiba MbahRomo melihat dan menatap kita satu persatu kemudian seraya berkata Nggeerrr...ati-ati mengko neng duwur wonten seraya menunjuk sebuah lukisannya sambil berkata namung rambut jagung Nggeerrr....wis ndang di  klutik..aee...ono cemlorot melengkung entheng...kami pun semakin penasaran apa arti rambut jagung karena Mbah Romo tidak mau menjelaskan secara perinci, bagi saya seolah itu tiada berarti apa-apa , karena semakin penasaran saya , maka saya tanyakanlah hal tersebut pada Gus, kata Gus : Beliau itu seseorang yang mempunyai kelebihan , akan tetapi masyarakat disini mengatakan bahwa beliau itu sedikit Gila, nah... kita tunggu saja apa yang berlaku nanti pada kita , karena Mbah Romo berucap seperti itu maka pasti ada hikmahnya nanti.

Waktupun berlalu karena kita capek secara fisik kami, dan juga capek perut kita tertawa gara-gara ulah sikap dan kata-kata Mbah Romo tersebut yang kocak, seperginya kakek tersebut barulah kita beristirahat , hingga tiba waktu menjelang petang hari kira-kira pukul 20:00 kitapun melanjutkan perjalanan yang di titahkan pada Guru kami yakni kearah pendakian Arjuno, kitapun sampai ke Pos I yakni tempat parkiran dan pendataan anggota pendakian , yakni saya rehat di rumah Bapak Jito sebutan masyarakat sekitar , lantas dengan ucapan ramah keluarga Bpk Jito tersebut kami dipersilahkan masuk dan disuguhkanlah Wedang Teh hangat  dan kopi, tinggal pilih dech pokoknya, selang beberapa sa’at kemudian kamipun dikomando oleh Guru kami untuk melanjutkan pendakian .
Pendakianpun kita lanjutkan sesuai titah Gus, dengan jalan setapak berbatu yang begitu terjalnya hingga kamipun sesekali berhenti untuk beristirahat dipinggir jalan setapak tersebut, tanpa kita sadari saya melihat tampak dari kejauhan sebuah lampu kerlap kerlip dan itu adalah lampu kota malang dalam suasana malam hari yang begitu indahnya dibarengi dengan udara yang begitu dingin , didalam sela perjalanan kita tersebut tersentak Ki Samber yang waktu itu posisi berada paling depan mendadak berhenti seketika, lantas memanggil Ki Joyo Waskito, lantas ki Joyo pun seraya cepat menuju Ki Samber, saya pun tidak tahu dalam percakapan yang seolah kebingungan jika kitalihat antara Ki Samber dan Ki Joyo , maka Gus pun bergegas menyuruh Mbah Gandreng atau Ki Guntur untuk menge cek apa yang terjadi pada mereka berdua , lantas dengan sigappun Ki Guntur berlalu menyusul ke atas yang jarak dari saya kurang lebih 7 hingga 10 meter itu, tak lama kemudian Habib dengan sikap penasaran pun menyusul mereka, karena sayapun juga penasaran maka sayapun menghampiri kawan-kawan tadi dan bertanya : enek opo Mbah Gandreng kok mandeg...?   lantas Mbah Gandreng mendatangi Gus yang posisinya masih dibawah , dengan membawa tongkatpun Gus menghampiri kita, seraya berkata Eh..... Tunggu dulu.. tolong kalian semua bergeser agak melebar dari dimana tempat posisi saya berdiri , sayapun mendengar ucapan Gus begitu maka saya pun tersentak kaget kebingungan , lantas Gus menancapkan tongkat yang dibawah olehnya tersebut kearah tepat di samping kaki kiri saya  dan lekas-lekas menyuruh para Santri memasang kuda-kuda , karena saya penasaran maka saya putuskan untuk melihat secara batiniah saya , saya pun tersentak terkejut juga sedikit takut , dalam pandangan saya ada di atas dari arah bawah terlihat meluncur ke arah kami seperti asap hitam tebal yang berjalan cepat menuju ke atas kearah kami, dan seketika itu pula yang saya rasa dalam pandangan batiniah itu seolah nyata dan semuapun melihatnya , selang kemudian tampaklah sesosok makhlug-makhluq entah makhluq apa sayapun tidak tahu waktu itu, tak disangka-sangka dan kitapun belum siap bahwa makhluq yang tampak oleh saya itu berwajah seperti ingin menyerang kami maka tiba-tiba itu Gus menyuruh salah satu Santri yakni Ki Joyo untuk membentengi diri kita semua, karena saking banyaknya makhluq itu yang datang yang mungkin dirasa pagar Gho’ib itu akan tembus seraya Gus berkata kepada kami : Lari , Lari,Lari... karena disitu kami saling kebingungan karena ucapan Gus, yang waktu itu Gus masih terdiam disamping tongkat yang dihujamkan itu berdiri  , hingga Gus berkata lagi : Lari Mbah...Lari Yid...karena diantara kami tiada yang bergerak atau lari seperti yang diperintah Gus... maka Guspun langsung mencabut tongkatnya dan mengambil dengan cepat sebisanya Tas rangsel dan Jaket , langsung berlari menuju keatas, nah.... karena kami tahu bahwa Gus Lari maka tanpa berfikir panjang kamipun lari sambil menenteng perlengkapan sebisanya sehingga masih ada perbekalan kami yang masih tertinggal ditempat tersebut. 

   Lantas sekitar seratus meter dari kejadian Gus menghentikan lari tunggang langgangnya sambil nafas ter engah-engah tersebut  sambil tertawa terbahak – bahak, setelah kami sampai di tempat Gus sayapun kebingungan dengan sikap Gus yang aneh tersebut , lantas Mbah Gandreng pun bertanya pada Gus : Lho Gus wonten nopo kok melajeng , trus sakniki kok malah Ngguyu ngakak...(Gus kenapa lari... tetapi sekarang kenapa tertawa terbahak-bahak begitu...) . seraya Gus pun menjawab : Lha iyo Mbah... lawong kita ini termasuk orang linuwih lanopo wonten ngoten kok mlajeng ( Lha iya Mbah kita ini orang yang mempunyai kelebihan tentang hal seperti itu , kenapa ada hal seperti itu kok malah kita lari...) serentak Kami semuapun tertawa terpingkal-pingkal sayapun dalam benak dan fikiran yang tak karuan itu merasa heran, la iya kita semua kenapa lari ya... he.ha.ha.ha.... Mas Habibpun berkata : lha Gus aja lari apalagi kita... ya secara otomatis larilah kita huwa ha.ha.ha.ha... ujar Habib sambil memegangi perutnya dan nafas ngos-ngosan itu.

Lantas tak lama kemudian Gus menyuruh kami ber 5 agar segera mengatur strategi seolah setrategi dalam perang, lantas tiba-tiba Gus mengeluarkan sebilah Keris nya lantas memanggil saya lalu Gus menyuruh saya memegang dan seraya mengarahkan keatas , seketika itu sayapun menuruti apa yg sudah diperitahkan beliau, dalam kegelapan malam tersebut sambil saya memegang dan mengarahkan pusaka keatas tersebut lantas saya disuruh Tarik nafas , setelah saya tarik nafas sekuat tenaga , ternyata Keris atau Pusaka Gus yang diberikan pada saya tadi tampaklah Menyala membara seperti seperti arang yang sudah terbakan dan masih mebara, sayapun bingung karena melihat keris tersebut, seraya saya berkata pada Kawan-kawan bahwa pusaka ini menyala, kawan-kawanpun berkata iya, iya, lantas Gus berkata tetap usahakan tegap dan ada apapun janganlah kalian takut, tak lama kemudia saya mengetahui ada sesuatu yang melesat cepat , tepat mengenai sisi samping keris yang saya pegang itu lantas ada terdengar suara riuh seperti Aungan layaknya binatang yang sedang tertembak lantas kesakitan, seketika itu pula Gus berkata pada saya : Mas Sayyid jika nanti saya suruh menancapkan keris itu ketanah maka segeralah kamu Hujamkan keris itu ketanah, dan jangan sampai Kamu lepaskan, saya pun menjawab : Siap Gus..,   setelah Gus berkata pada saya lalu Gus pun berkata kepada Habib dan Ki Joyo , Mbah Gandreng juga Mas Heris akan segera bersiap-siap dan janganlah gentar,  selang beberapa sa’at kemudian , tiba-tiba saya merasakan bahwa keris yang saya pegang tersebut berguncang secara hebat sembari saya berkata pada Gus akan sesuatu yang saya alami tersebut, belum sempat selesai saya berkata maka Gus berkata , Tahan Mas Sayyid tetap dalam posisi, dan lawan terus jangan kamua lepaskan , seketika itu pula ada terdengar semacap benturan  lalu Gus menyuruh saya untuk segera menghujamkan keris tersebut ketanah  , seketika itu pula Gus melompat seperti menangkap sesuatu lantas Gus pun terseret bergulingan ke tanah dan terus berguling  hingga dilereng-lereng jurang kira jaraknya agak jauh dari kami dan kawan-kawan lainnya, karena kami semua  mengkhawatirkan terjadi apa-apa dengan Gus , maka kawan-semua  memutuskan segera berlari menyusul menghampiri Gus yang seluruh badannya terlilit dengan jerami-jerami kering juga tanah dan juga akar-akar dari semak belukar disekeliling kami tersebut , yang saya dengar Gus ber Istighfar berkali-kali dan sesekali menyebut Allohu Akbar,  kamipun semakin penasaran melihat Guru kami dalam keadaan seperti itu lantas Mbah Gandreng pun menghampiri dan berniat menolong Gus pada waktu itu dan juga Mas Habib pun menyusul di belakang Mbah Gandreng dengan saya juga santri-santri yang lainnya, setelah kami dekat dengan Gus seraya Gus pun berkata hati-hati jangan kalian lihat matanya seketika itu pula saya melihat ada dua cahaya kemerahan tampak bersinar diantara sela-sela tangan Gus , karena kami ingat kata-kata yg Gus ucapkan maka kami serentak melindungi mata kami dari kilauan cahaya merah tersebut.

Sambil menutup mata kami dengan telapak tangan kami masing-masing kami semakin penasaran apa sebetulnya yang ada pada genggaman tangan Gus tersebut , setelah berlahan telapak tangan saya buka dari mata saya sekilas tampak ada yang meliuk-liuh hebat menyerupau ekor binatang , lantas Gus pun terseret beberapa meter tiba-tiba berhenti , dan lantas Gus menyuruh pada kami segera membacakan Sholawat Nariyah. Selang beberapa saat kemudian Gus bangkit dari tanah dengan wajah lusuh dan rambut acak-acakan juga badan yang penuh lumpur itu sambil memegang sesuatu dan beranjak kearah kami sambil Selang beberapa saat kemudian Gus bangkit dari tanah dengan wajah lusuh dan rambut acak-acakan juga badan yang penuh lumpur itu sambil memegang sesuatu dan beranjak kearah kami sambil berkata : endi senterre... iki opo iki...( mana senternya ini apa ini coba di terangi)  , begitu Ki Samber menerangi apayang ada dan digenggam oleh Guru kami maka kami semuapun kaget tersentak dengan berkata Allohu Akbar ....Allohu Akbar, Subkhanalloh... saya pun bertanya kepada Ki Samber , apa itu Mas Heris...? mas Heris (Ki Samber) sebelum ki Samber menjawab langsung Gus menyerahkan yang ada pada genggaman Gus tadi kepada Ki Samber, maka berkatalah Ki Samber Astagfirullohal Adzim... iki opo iki...? lantas Mbah Gandreng Menjawab : Lho... ini Bethoro Karang.. 

Lantas Ki Samber merasakan pada yang dipegang tersebut katanya ia bergerak , terus terasa semakin panas telapak tangan Ki Samber, Lantas Gus merapalkan sesuatu Do’a , lantas berkata : ini mungkin masih berbahaya , jadi kita kurung dulu dan kita carikan tempat buat menaruh sosok jasad makhlug tersebut ke suatu tempat kecil, maka kamipun mencari bakal tempat disekitar akan tetapi mungkin ini dihutan maka sangatlah sulit bagi kami menemukan wadah atau tempat bakal tempat yang cukup buat menaruh BK tersebut, maka terpaksa sayapun membuka bekas tempat wadah minyak yang ukurannya kira2 panjangnya 25 Cm dan kira-kira berdiameter 6 Cm lantas kamipun disuruh mengurung atau memagar Gho’ib Jasad Sosok makhluq tersebut, makhluq itu jika saya gambarkan disini yakni berukuran P. Kira-kira 20 Cm berbentuk kulit kuning keriput menyerupai warna kulit orang tua , mata kedalam jika dilihat tampak seperti tengkorak dan rambutnya berwarna kuning keputih-putihan dan panjang rambutnya dua kali lebih panjang dari jasad nya itu, berkuku panjang melengkung pada tangan juga kuku kakinya, jika kita melihat tampak seremlah makhluq tersebut , akan tetapi waktu sampai dirumah ketika saya buka dan kita lihat bersama ,semua kulitnya dan mukanya berubah warnanya menjadi tampak hitam kelam seperti habis hangus terbakar.
Setelah itu kami lanjut kembali perjalanan kita , selang beberapa waktu kemudian sampailah kita di Pos II yakni Onto Bugo pada pukul 3pagi,d karenakan ada halangan dan ujian saat di perjalanan kita sampai di Onto Bogo membutuhkan waktu yang cukup panjang dan melelahkan juga penuh ketegangan bagi kami,sambil melepas lelah kita dan sambil membersihkan salah satu barak untuk beristirahat dan menyiapkan mie instan yang mungkin lebih cepat memasaknya karena semalaman kita hanya minum air tawar,setelah menikmati makanan yang ada kami mencari tempat untuk membersikan badan,kira-kira satu batang rokok saya habiskan Gus berkata disini kita ibaratkan rumah kita sendiri janganlah kita kotori jagalah kebersihan karena kebersihan itu sebagian dari iman kita, lantas Gus pun  menyuruh kita untuk beristirahat dulu agar badan kita besok pagi kembali sehat, selang kemudian semua pun memejamkan mata hanyut dalam mimpi.

    Di pagi yang dingin matari yang hanya sedikit menerangi dari sela-sela pepohanan juga karena kabut yang menyelimuti,ternyata MbahGandreng dan Habbib sudah terbangun duluan memasak nasi dan air kopi sambil menunggu perintah selanjutnya dari Guru kami, dan sa’at sedang menunggu kopi siap lantas  kembali teringatlah  dan menjadi bahan  perbincangan kitalah antara  suka dan duka semalam ,kita teringat sama Mbah Romo apa yang di gambarkan  dan dilukiskan ternyata ada kaitannya dengan perjalanan kita tadi malam,seperti perkataan si Mbah tentang “ Rambut Jagung” ternyata memang benar istilah Mbah Romo yang ternyata sebuah wujud Bethara Karang yang memang rambutnya persis seperti rambut jagung,sedikit menghibur Habbib yang asal dari palembang sedikit saja tahu bahasa jawa jadi olokan dan gurauan karena bahasa jawanya masih glepotan dan saya sendiri bahasa cilacap ngapak jg jadi semakin hangat dan meriah, ha.ha.ha.... bahasaku yang  mungkin ditelinga kawan-kawan agak aneh jadinya semakin menambah hiduplah dalam kata dan gurauan diantara kami semua.

saya pun teringat di mana ketika ada di Jolo Tunda di saat semedi ternyata dua ekor ular itu dan suasana nya waktu dalam semedi itu sama persis dengan keadaan saya di Onto Bugo ini, saya pandang saya ingat semua adalah sangat persis apalagi ada tugu Kostratnya yang memang disitu ada Trisula yang di kanan kirinya adalah patung ular ,  aku yakin ini bukan satu kebetulan aku hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi nanti dalam perjalanan, karena masih panjang menuju puncak gunung,sambil menunggu malam tiba kami selfi foto untuk sebagai kenang-kenangan,terasa cukup beristirahat kami pun kembali sehat segar bugar dan siap melanjutkan perjalanan kami sambil menunggu isyarat dari Gus kita kembali membersikan tempat barak dengan rapi.tepat jam 7malam sebelum melanjutkan perjalanan Joyo Waskito merasakan energi dan saya sendiri juga merasa ada tarikan dan getaran yang cukup kuat, Mas heris langsung menanyakan sama Gus:gus onten nopo malih niki Gus,,tenang dan sambil tersenyum Gus menjawab: kemudian menyuruh saya mengambil air mineral  yang kita bawa,disitu Gus aku perhatikan diam sebentar dan selanjutnya dengan tiga hentakan kaki ke tanah ternyata kita di kasih hadiah dari Onto Bugo ini sebuah batu berwarna merah brada dalam botol air mineral tadi yang aku sediakan sendiri, padahal botolnya masih tertutup segel  dan waktu itupun Gus berada kurang lebih 15 meter dari botol tersebut, dan Alloh Hu Akbar.. maka terjadilah suatu yang tidak mungkin menjadi ada , lantas tak lama kemudian ,Dengan di awali  Do”a Gus pun memerintahkan kita untuk melanjutkan perjalanan dengan bergegas kita pun mengambil tas ransel berisi bekal yang sudah menjadi bagian bawaannya masing-masing yang memang kami sudah persiapkan.

Dengan berhati-hati kami melewati jalan setapak yang terjal dan semakin menanjak serta bebatuan yang licin juga tajam karena kita hanya pakai sandal jepit, semakin kita harus estra berhati-hati,untuk mehilangkan rasa kecape’an kami sambil bernyanyi-nyanyi dari lagu / langgam jowo lagu rock juga lagu luar negri, kitapun saling bersahutan mana yang mungkin hafal dan bisa dinyanyikan , ada nada tinggi, nada rendah, yang penting heppy kata Gus..tepatnya di tikungan jalan yang sdikit curam saya dan Joyo Waskito memang pada saat itu di depan,masih ku ingat betul sa’at itu, lagi asyik-asyiknya menyanyi, aku merasakan ada sesuatu dengan secara tiba-tiba aku mendengar suara  dari arah samping kanan saya lantas berangsur cepat seperti benda jatuh dan jatuhnya tepat di depan saya dan sempat mengenahi kaki Joyo Waskito, dalam gelapnya malam karena posisi pada saat itu kita berdua adalah barisan paling didepan, dan di arah kanan kita itu adalah Jurang yang sangat dalam dan curam,  saya  cepat-cepat turun untuk  menemui Gus, yang waktu itu Gus sama Habib sedang asyiknya benyanyi bersahutan sama Ki Samber juga, kami belum tahu benda apa yang secara tiba-tiba jatuh itu,Gus segera memerintahkan Mbah Gandreng untuk mengarahkan lampu senter yang tepat pada Joyo waskito, karena posisi Joyo waskito belum branjak dari benda yang jatuh itu,setelah cahaya senter di arahkan tepat arahnya pada kaki Joyo.... ternyata sebuah pusaka berbentuk kujang ada di sebelah kaki kiri Ki Joyo karena aku paham benda tersebut adalah berbentuk melengkung , maka saya yakini dan berkata kepada semua bahwa benda itu adalah  Pusaka kujang,dengan tidak menunggu lama Gus memerintahkan saya mengambil sebuah minyak dalam tas,dengan berhati hati Gus mendekati dan mengambil benda pusaka itu,suasana brubah total karena tidak di sangka-sangka ada peristiwa seperti ini ,dengan dibantu Mas heris pusaka itu pun di amankan dan saya pun blum brani bertanya –tanya sama Guru kami, karena guru kami sedang mengecek kondisi kaki Ki Joyo  yang terkena Goresan Pusaka Kujang tersebut dan agak membengkak biru , lantas Gus mencari ramuan tumbuh-tumbuhan disekitar , lantas ditaburkannya dedaunan atau ramuan tersebut pada kaki Ki Joyo.

Dengan se Izin Alloh maka tidak lama kemudian darah yang mengucur dan bengkak membiru kaki Ki Joyo tersebut ber angsur-angsur pulih kembali , lantas seketika itupun Gus memerintahkan  kami untuk ber henti dan bermalam di tempat ini juga, walau tempatnya sempit dan curam kami siap dan sendiko dawuh,sambil mencari tempat sedikit rata untuk menaruh tas-tas kami,dengan posisi yang waktu itu kemiringannya hingga mencapai 40 derajat, ya... mau gak mau dech...maka kamipun segera mengeluarkan perbekalan kami lantas membikin kopi yang disanding dengan snack dan rokok sambil menunggu isyarat selanjutnya.
Tak terasa... mungkin kami merasa kecapekan bingung bercampur segala macam was-was kami semuapun terlelap dalam tidur kami semua, tak terasa badan kamipun terasa panas tersengat matahari lantas sayapun bangun dari tidur , akan tetapi eh... yang saya lihat Gus di samping Mbah Gandreng sudah bangun lebih awal dari kita semua, lalu saya berniat membangunkan kawan-kawan akan tetapi Gus melarangnya saya untuk membangunkan Kawan-kawan lainnya  seraya Guspun berkata : ojo di gugah .... kuwi lagi tugas, sambil saya menganggukkan kepala tapi dengan hati bertanya-tanya kenapa kok Gus mengatakan begitu... yach... PR lah menurut saya, lantas sayapun waktu itu teringat akan kata-kata Mbah Romo, saya bercerita kepada Gus , sambil menikmati sejuknya angin pegunungan Arjuno dan indahnya suasana pada hari itu , selang beberapa waktu kemudian bangunlah Mas Habib lalu disusul dengan kawan-kawan yang lain, lantas kita sarasehan sebentar ditengah jalan itu, dan Gus pun berkata : ok... inilah Arjuno bla..bla...bla.... nah coba kalian ingat kembali mulai awal sebelum kita naik ini , Mbah Romo berkata apa dan menggambarkan apa , lantas Habibpun menjawab: iya Gus mungkin kata-kata Mbah Romo itu ada kaitannya dengan ini semua , ini terbukti mulai ia menggambarkan dan berkata Rambut jagung lantas menggambar di samping gambar yang coretan-coretan itu tampak ada dua gambaran sekilas memang tampak menyerupai Pusaka Kujang yang tadi mengenai kaki Ki Joyo itu yang berada disisi kanan dan kiri  gambaran rambut jagung tersebut , tak kusangka dan tak kita kira ya Gus... seseorang yang berperawakan lusuh dan dan divonis oleh masyarakat itu sebagai orang stress , edan , gila , sinting dll bisa seperti itu, mungkin benar kata-kata Gus waktu itu beliau bukan orang sembarangan ,dan beliau  itu bisa juga disebut wali Alloh.

Nah ... ujar saya : jika begitu Gus ... ini pasti ada satu lagi entah apa...? , karena di kanan kiri gambar Rambut jagung itu Mbah Romo selalu mengatakan hati-hati sambil menunjukkan ujung Bolpoinnya kearah gambaran melengkung yang menyerupai Kujang tadi malam, mohon maaf itu kemaren yang saya perhatikan dari sikap dan mbah Romo berkata ngalor ngidul tidak karuan kemaren, Gus pun berkata kepada kami : Alloh akan selalu memberi petunjuk pada HambaNya yang ber Iman   melalui apapun dimanapun kita , maka wajiblah kita selalu menela’ah setiap apa yang kita temui dan harus berhati-hati.
Lantas  Gus mulai mempersilahkan kita agar berkemas untuk melanjutkan perjalanan, dan kami pun bergegas merapikan dan berkemas , hingga melewati Watu Kursi yang ujar Gus katanya dulu Presiden Ri pertama pernah duduk disitu bersama wakil beliau yakni Moh Hatta. Lantas lanjut kembali hingga kita terhenti ada persimpangan jalan disitu saya disuruh Gus untuk berdiam sejenak di persimpangan duduk dan berdo’a , lantas taklama kemudian kita melanjutkan perjalanan , karena saya penasaran kenapa Gus menyuruh saya berdo’a di persimpangan tadi , maka saya tanyakan pada santri-santri yang lainlah ... tetapi jawab merekapun tiada yang tahu dan semua jawabannya selalu mengarahkan saya agar untuk bertanya kepada beliau Guru kita, lalu sayapun bertanya akan hal itu kepada Gus dan saya pun bertanya tempat yang tadi? Gus.. pun menjawab ketahuilah tadi itu tempat petilasan Patih madrim,patihnya Raja Angling darmo..dan kami pun tidak banyak bertanya lg karena sudah cukup jelas jawaban dari Gus,kami dalam perjalanan menuju pos 3 jalan smakin menanjak kira-kira sudah ketinggian 2000 kaki dari laut tidak lama kamipun sampai sebuah tugu dan itu tanda bahwa kita sudah memasuki pos 3,Gus..memerintahkan nanti kalo sampai Petilasan Eyang Sekutrem kita untuk berhenti sejenak di petilasan Eyang Sekutrem untuk berdo”a,setelah kami berdo”a kami pun kembali melanjutkan perjalanan dengan sedikit jalan berundak-undak tak jauh dari Petilasan Eyang Sekutrem kami berhenti tepatnya Petilasan Eyang Abiyoso,Gus... mengisyaratkan,agar untuk beriadloh di Eyang Abiyoso,tanpa bertanya-tanya kami pun dengan sigap mencari tempat yang di perintahkan Gus...

Banyak barak-barak di sini tapi kami memilih yang agak jauh dari barak-barak lainnya dengan persetujuan Gus...kami pun mulai membersikan barak yang sedikit kotor mungkin karena jarang di pakai karena jarak dari Eyang Abiyoso dan sendang Dewi kunthi pun tidak terlalu jauh untuk mempermudahkan kita untuk melaksanakan ritual yang utama yaitu pemakeman dan penyelarasan energi,juga mempermudah kita melaksanaka aktifitas karena kita tidak tahu untuk berapa hari kita di pos3 ini di Petilasan Eyang Abiyoso ini,Karena Guru kami Gus Madjid memerintahkan untuk beriadloh dan menmunajat disini Eyang Abioyoso dan Dewi Kunthi,,setelah kita membersihkan barak secara bergotong royong bersama-sama barakpun cepat selesai dan bersih , dan siap digelar tiker dan alat-alat masak semua sudah kami tempatkan pada posisi yang pas ,dengan kondisi agak capek, lantas baru ini akan memasak yang sedikit kita tambah menu 4sehat 5sempurna untuk bekal kita melasanakan ritual karena butuh proses lama dan menguras energi kita,sekitar jam 7malam Mbah Gandreng dan Ki Joyo pun sudah mempersiapkan makan malam dan pas sekali dengan yang kita inginkan,dengan lahapnya kita menikmati maklum sudah cape dan baru ini kita makan dengan menu yang  menggoda selera nafsu makan  selama dalam perjalanan,mulai malam ini juga Gus...menitahkan kepada smua santrinya untuk jangan tidur sampai waktu yang tidak di tentukan sambil menunggu tugas dari Guru kami memerintahkan mau satu hari satu malam dua hari maupun tiga hari tiga malam kami semua ikut Perintah Guru kami Gus madjid/Ki Ageng Selo..

Setelah makan malam kami sambil nyatai rokokan ada juga Mas Habib yang lagi Mijitin Gus.. sambil nunggu isyarat dari Gus...jam berapa saya mulai melaksanakan ritual saya sendiri itu , dan sayapun di depan barak sambil melihat –lihat suasana disekitar ternyata malam ini mendung menyelimuti tapi di langit masih ada cahaya-cahaya bintang yang jauh dan angin yang dingin menerpa menusuk tulang saya juga membayangkan gimana kalau waktu ritual kungkum sudah kubayangkan paa gak beku badan ini....sedangkan saya sudah pakai baju dan jaketpun terasa sejuk dan dingin..tidak terasa dengan canda tawa kita mengenang peristiwa- peristiwa yang di alami dalam perjalanan,terdengar Gus...sudah saat nya bersiap,aku melihat jam ternyata udah 1 dini hari, kami pun begegas bersiap dan menyiapkan segala sarana untuk Pemakeman dan penyelarasan energi..Gus...memerintahkan kita yang pertama kami harus membersikan badan dengan kungkum di sendangDewi Kunthi,lantas kita semua dengan satu komando oleh Gus.. kita pun bergegas menuju Sendang Dewi Kunthi,ternyata sesampainya di Sendang suasananya sangat mencekam tiada satu pun orang di situ, dan keadaan begitu gelap nya , hanya lampu senter saja yang kita bawa.setelah Gus.. menanyakan segala prasarananya kepada Mbah Gandreng karena Mbah Gandreng yang di pasrahi menyiapkannya dan Gus..memeriksa semua prasarananya ternyata sudah komplit..dengan Perintah Gus...dalam laku kungkum ini tidak boleh sehelai benang pun kita pakai,maaf agak parno sedikit he..he..hee.. akan tetapi begitulah prosedurnya , karena keadaan yang gelap gulita jadi kami tidak merasa saling malu , dan Gus memerintahkan semua Pusaka piandel yang kita bawa juga harus ikut kungkum...dengan begegas kita pun mengeluarkan pusakanya masing,ada yang berbentuk Keris juga Pedang juga tongkat komando saya sendiri pakai Pusaka Kujang Siliwangi.. yang  kemaren baru didapat dan lantas  di berikan pada saya untuk sebuah piandel  seperti para santri yang lainnya, dengan di pimpin Gus...ritual kungkum pun segera di mulai dengan baca do’a dan mantra-mantra yang sudah kita hafal kita pun mulai memasukan menceburkan badan kita di sendang werwerrr behbebebebeb betul –betul sangat sejuk dan dingin sekali sampai nafas kita pun tersengal –sengal,smua orang menggigil ggkgkgkg di selingi ketawa kecil kami bersiap-siap untuk bersemedi mengheningkan ening  ,ening, lan eling , untuk beberapa lama kami tidak tau hanya tunggu printah Gus...saja,karena memang airnya sangat dingin  dan benar –benar sangat dingin kita pun harus melatih dan mengatur  pernafasan kita untuk mengawal rasa dingin kurang lebih setengah jam trasa ada yang bergerak dan berbunyi eteketeketek erererergergerg ,karena posisiku di barisan paling depan bersama Gus..dan Habib aku merasa terdengar bunyi eteketeketek...erererererg aku merasa sesuatu telah datang dekat semakin dekat kurasa,terasa di belakangku dan telah menyentuh badanku begitu halus dan lembut pada saat itu aku rasakan dan dalam hati bicara opooiikkiii koh alus senggol-senggol pantat saya,tapi saya tetap terdiam dan tak menghirokannya dan semakin lama suara –suara itu pun semakin menjauh,karena pada waktu itu mataku terpejam hehe mau melihatpun tak sudi takut...

Yang saya rasakan hanya dingin dan dingin,sekitar satu jam lebih badan sudah terasa kaku dan susah digerakan kita semua pun tidak ada satu santri yang tidak kuat semua bertahan sampai terdengar Gus..memerentakan cukup karena Gus sendiri ikut kita kungkum,hampir dua jam kira-kira terdengar suara Gus...sampun cekap sampun,,seketika itu juga aku mulai membuka kedua mataku ,setelah kami membuka mata kami melihat sesuatu dan berbunyi seperti tadi Eeeeeh ternyata Mbah Ganreng yang kedinginan sampai mengambang di air mutar muter sambil giginya berbunyi tektektektek karena tidak tahan dengan dingin dan sejuk..kami semua pun tertawa-tawa tanpa berbunyi karena jg menahan dingin dan sejuk,dan saya teringat pada saat itu yang menyentuh belakang dan pantat saya berarti Mbah Gangreng... semua pun terbahak-bahak dalam kedinginan yang akhirnya kita sudahi dan naik keatas tapi sampai di atas semua santri dan Gus sendiri kayanya susah untuk berdiri dan berjalan karena badan kita sudah kaku dan sejuk,kembali kami ketawa-ketawa karena merasa lucu melihat sesama santrinya sama-sama susah berdiri dan berjalan seperti Robot kurang setrumnya hehehe.....dengan susah payah selanjutnya Gus memerintahkan untuk berdoa di Petilasannya Dewi Kunthi masuk ke dalam petilasan untuk memakai jubah panjang yang sudah kami siapkan....di dalam kami rasanya ingin menghangatkan badan mungkin dengan merokok bisa sedikit menghangatkan,,eeeehhh kita kembali tertawa-tawa karena badan kita menggigil mau hisap satu batangpun tangan kita kaya orang sakitnsetruk memegang rokokpun jatuh-jatuh terus ada jg yang patah-patah memang benar-benar dingin dan sejuk setelah menghabiskan satu batang rokok Gus...trus memimpin satu ritual dan doa –doa di Dewi Kunthi...selanjutnya pemakeman Pusaka Piandel dan penyelarasan Energi Alam ...dengan mengikuti perintah Gus...Ki joyo mempersiapkan sebuah api bara yang sudah kami siapkan untuk membakar pusaka untuk di jadikan Pusaka Piandel ,proses pertama barapun sudah teredia dengan bara yang menyala-nyala Gus..menyuruh saya dekat samping nya dengan doa-do’a dan mantra pusaka kemudian di taruh di atas bara yang menyala-nyala sampai bentuk pusakapun berbentuk seperti bara merah menyala kemudian dengan keyakinan saya disuruh Gus.. untuk menjalarkan lidahnya ,dengan tanpa ragu Gus..menempelkan benda Pusaka tadi tepat di lidah apa yang ku rasa saat itu hanya seperti sentuhan air yang dingin,walau bunyinya seperti benda terbakar Alloh Hu Akbar,setelah lidah selanjutnya pusaka di bakar lagi sekarang Gus..menyuruh untuk di pencet-pencet pusaka tadi dengan sama seperti pertama pusaka yang sudah di bakar menyala-nyala untuk tiga kali berulang-ulang ,proses akhirnya selesai dengan lancar tanpa ada gangguan..menjelang pagi proses selanjutnya penyelarasan energi alam hanya dengan bermedi tasi ...Guspun menyuruh saya untuk menarik satu napas satu sentuhan terasa begitu hangat saya rasakan masuk keseluruh badan dengan bimbingan Guru saya akhirnya ritual pembersihan dan Pemakeman sampai dapat Pusaka piandel berjalan dengan penuh hikmah .

Disini ingin ku garis bawahi, “Janganlah kalian belajar sesuatu ilmu, apa lagi ilmu kesepuhan kewaskitoan dlln tanpa di dampingi seorang Guru yang Mursyid, jika kita berguru tapi tiada dampingan dari seseorang Guru yang Hakikat Ma’rifat lagi Mursyid.. dia itu berguru pada iblis dan janganlah berputus asa untuk belajar sesuatu sampai kamu menemukan jawabanya..waktu tak terasa sudah sekitar jam enam pagi kami pun merasa lelah dan sedikit ngantuk karena kita pun masih menjaga jangan sampai tidur sampai dawuh dari Gus..dengan sebentar beristirahat sambil biasa kita semua memang kuat merokok hehehe sambil selfi selfi untuk kenangan,semakin pagi orang-orang pun mulai berdatangan entah dari mana kami hanya saling memberi salam pada mereka,dengan mengikuti Dawuhnya Gus...kami para santri di perintahkan untuk kembali ke barak,dengan memeriksa semua barang bawaan semalam terutamanya Mbah Gandreng KI Pamungkas dengan sigap mengumpulkan dan bembereskan segala perlengkapan sedang saya bersama Ki joyo dan Habib membersikan tempat membuang sampah –sampah kami yang sudah tidak terpakai untuk dikumpulkan,di masuk kedalam platik kresek karena peraturan tetap kita jaga karena setiap sampah yang berupa plastik-plastik kita akan bawa sewaktu kita turun demi menjaga lingkungan..setelah semua sudah beres dengan menaiki sebuah tangga-tanga bebatuan kami kembali kebarak sambil membawa jrigen air untuk persiapan memasak karena perut kami sudah meminta jatah hehehe,selang beberapa jam makanan dan sebuah air kopi dan menu yang menyelerakan kami semua menikmati dengan rasa syukur .sambil bercerita tentang semalam tawa dan canda kita menghidupkan suasana karena kita masih tugas kita harus menjaga agar mata ini tidak terpejam apa lagi tertidur walaupun seliiuuut kata Gus...untuk menunggu selanjutnya yaitu malam kanugrahan dimana kita pun tidak tahu ini malam atau besok malam kita hanya mengikuti dawuhe Gus...terasa berat sudah mata ini tapi tak ada alasan bagi kita apa pun kita tidak boleh gagal dalam misi itu tekad kami,berjalannya waktu menunjukan jam 9malam terasa aneh saya rasakan terasa sepi dan hening pada hal banyak orang di barak-barak tapi baru jam 9malam seprtinya mereka terkena sirep tak ada satu pun mereka melekan, semua tertidur pulas...dengan  titah Gus...untuk mempersiapkan segala perasana ritual kita dengan bergegas dan cepat memriksa dan menyiapannya setelah semua kumplit ,Gus mengingatkan kita jangan sampai tertidur kepada semua santri,dengan menggelar tiker seadanya kami mulai acara melekan dengan tujuan semoga Alloh SWT memberi Hidayah serta Rahmatnya pada kita semua,dengan suasana yang sangat dingin dan sejuk kami tetap semangat donk......walau mata terasa semakin sangat berat untuk dibuka dan pandangan sudah tidak lagi sempurna kami rasa , waktu melek tersebut semua yang kita pandang itu selalu tampak seperti bergerak , seperti pohon,barak tiang-tiang semuanya tampak seperti seolah-olah semua berjalan berpindah-pindah tempat he.he.he...
Sepertinya malam semakin larut udara pun bertambah dingin dan sejuk karena kabut tebal sudah mulai menyelimuti,mas Habib dan Ki joyo terpaksa mencari kayu bakar untuk membuat api unggun sekedarnya dengan di temani sedikit sisa makanan dan segelas kopi untuk bertahan jangan sampai kita gagal dengan misi ini,kami tetap istiqomah hehehe biar di kuat-kuatno rasa ngantuk ini sudah dalam titik yang di mana setengah kesadaran karena terasa pandangan mata ini semakin jelas melihat hehehe mahluk astral yang menurut kami sudah agak biasa tapi kami tak betapa menghiraukan,hanya sekali-kali melirik ulahnya yang kadang bikin kita merinding juga ketawa hehehe..dalam suasana begini kami semua santri tetap waspada,sekali-sekali saya di suruh Gus untuk membakar dupa/hio untuk menambah suasana yang harum dan semoga kukuse dupa menyampaikan doa-doa kita semua,waktu terus berjalan sekitar jam 2pagi Gus merasakan sesuatu telah ada yang jatuh,eeh bener ternyata sebuah batu permata yang indah berwarna merah lhaa itu kata Mbah Gandreng dan terus mengabilnya,sedikit cerita di setiap setengah jam kami selalu di kasih bermacam-macam batu permata kadang 3 sampai 4 bersamaan jatuh dan saya pun belum berani menanyakan dari mana datang dan jatuh permata batu-batu itu sama Gus,,waktu pun tidak terasa pagi semakin menghampiri eeeh karena asyiknya dapat batu-batu mungkin kita tidak terlalu merasakan ngatuk,Cuma sekitar jam 5pagi karena selalu saja ada batu permata yang jatuh tapi kita hanya bisa merasakan tidak bisa di lihat,dengan perintah Gus kami di suruh mewujudkannya dengan apa yang kami pelajari dan dengan jurus kami keluarkan,tarikan nafas serta ilmu kanuragan yang Gus ajari,,ee..iyya sekali hentakan ada yang muncul denga mendeteksi getaran lewat tangan kami terus menemukan batu permata itu,satu sampai 4 lagi kita dapat tapi bagi kami bukan itu yang utama kami cari karena ini hadiah eaa kami terima dengan rasa syukur...Alkhamdulillah
Di pagi hari yang mendung dan kabut yang sedikit tebal, Gus menitahkan kami semua untuk beristirahat karena masih satu malam lagi menahan ngantuk kata Gus...dengan merapikan dan mambersikan tempat dan saya tanpa di suruh untuk mengambil air yang ada di bawah di sendang untuk masak air dan nasi karena badan semakin ngedrop hehehe saya berjalan pun semakin terasa melayang-layang dan pandangan semakin remang –remang karena semua merasakan kita jadi saling mengolok-olok satu sama lain karena tingkah laku kita yang ada yang marah-marah ada yang ketawa-tawa hahaha kalau di bilang seperti orang gak waras.Gus yang melihat tingkah laku kita hanya tertawa –tawa,selang beberapa jam masakan kamipun sudah mateng tapi selera makan kita semakin berkurang,karena sudah 48jam kita belum merasakan tidur,berjalannya waktu hari pun mulai gelap dan kami semua secara bergiliran untuk pergi membersikan badan mandi yang ada di sendang Dewi Kunthi,sekitar jam 8 ada ketukan pintu dengan sigap Ki Pamungkas membukanya ternyata seorang yang datang mengundang kami untuk menyekseni syukuran yang berada di Petilasan Eyang Abiyoso
Saya Ki samber,dan Habib di Perintahkan Gus untuk pergi,dan kami dengan sigap mengikuti titah Gus untuk pergi ikut acara syukuran itu,sesampainya di acara syukuran saya memberi salam pada semua tamu satu persatu kami salami karena hanya di ikuti beberapa orang saja acarapun di mulai,awal sampai akhir dilaksanakan dengan khusu’ dan terahir do’a selamat kami pun mulai membagi-bagikan sodakohan makanan yang sudah di persilahkan,selanjutnya acarapun selesai kami pun bergegas balik ke barak,selang beberapa jam ada lagi ketukan pintu eeehh...ternyata sama ada undangan syukuran lagi di tempat yang sama Alkhamdulillah murah rezeki,dan kami pun siap untuk berangkat, acaranya juga sama karena yang punya hajat telah di kabulkan,tapi ada yang sedikit kebingungan dimana biasa yang membaca do’a ternyata tidak ada sampai kita saling pandang dan saling menunjuk satu sama yang lain yang aaaaaaakhirnya saya semampu saya membaca do’a syukur dan selamat dunia ahkerat aamiiinn.
Begitu sedikit sekelumit pengalaman dan pembelajaran malam ini semoga saya juga selalu dalam lindunganNya amin....sambil menikmati makanan yang tadi, kalau tempat saya bernama nasi kepungan/kenduren,sampai akhirnya sekitar jam 12malam, kami pun siap melanjutan ritual dengan diperintahkan Gus untuk menyiapkan segala sarana dan prasarana,setelah kami persiapkan semuanya Gus menitahkan ini malam jangan sampai ada yang tertidur,... hadeehh...: itu kata kami...tapi itu hanya gurauan kami,kita tetap semangat dan semangat untuk malam terakhir,dengan titah Gus Ki samber mulai membakar dupa/hio wangi dengan bau dan wangi harumnya hio/dupa menjadi suasana bertambah sedikit mistik hehehe,untuk menghilangkan rasa kantuk yang begitu berat kami untuk  mengisi waktu senggang dengan bernyanyi-nyanyi saja tiada ritual khusus dengan lagu malam terakhir menambah sedikit hangat suasana ada juga syolawatan dan ayat-ayat Alquran yang di bacakan Gus..terus diikuti kami semua semakin cepat waktu berlalu,apa lagi ada selingan makan mie rebus rasa soto yang dibuatkan  oleh  Ki joyo dan Mbah Gandreng terasa sedikit terbuka lebar mata ini tidak terasa pagi pun tiba..dan dengan rasa syukur Alkhamdulillah telah kami lewati detik-detik kemenangan,dan Gus memerintahklan segera membersikan dan membereskan semua prasarananya baru kita istirahat,dan kami pun segera beristirahat tertidur lelap hehehe..mat bermimpi indah eaaahhh.sekitar jam 1siang satu persatu terbangun dan kami pun tanpa di suruh memasak nasi dan air untuk membuat kopi sambil mengobrol dan mengenang perjalanan yang kita lalui..Gus..mengatakan bahwa hanya dengan RidhoNya selesai juga Syukur Alkhamdulillah untuk pemakeman pra penyelerasan dan pengisian kanuragan telah selesai dan ini hari juga kita turun dari Gunung Arjuno,begitulah pembelajaran dan pengalaman saya, semua telah di rencanakan dengan campur tangan Gusti Fengeran dan bimbingan Guru kami Gus Madjid/Ki Ageng Selo.
 Dan selanjutnya sekitar jam 4 sore kami semua setelah membersikan dan membereskan semua  alat-alat dan perlengkapan kami, dan ada sedikit sisa makanan dan perbekalan makanan yang masih ada  kami berikan pada para musyafir yang ada di situ  di lanjutkan dengan penutup do’a  yang di pimpin Gus,lantas kami pun setelah usai berdo’a ,waktu itu juga melanjutkan perjalana menuruni Gunung Arjuno dengan selamat sampai parkiran dan meminta pamit kami pun kembali ke  sidoarjo dengan selamat aamiin .dengan rasa syukur saya pribadi ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasi bagi yang baca artikel kami dari kisah nyata dan benar tanpa rekayasa ini. Wassalamu'alaikum Wr-Wb.

                                                                                                   Sidoarjo : 20:30 Wib 03 September 2016
                                                                                 Penulis By : Sayyid Ahmad Sannyoto / Sayyitno

                                                                                                        Santri Ahli “PSDMD”