Padepokan Suksmo Djagad Manunggal Djati merupan padepokan laku dan merupakan pusat pengobatan alernatif / supranatural penyakit medis non medis yang didirikan oleh KI Ageng Selo ( Gus Madjit) sebagai pembina sekaligus mursyid.
Friday, September 9, 2016
Tempat Pemaharan Benda-Benda Pusaka dan Koleksi "Padepokan Suksmo Djagad Manunggal Djati" minat hub: 082143314149 / 087758100345
Gus Madjid / Dimas Candra / Ki Ageng Selo adalah pendiri dan Guru Besar di Padepokan Suksmo Djagad Manunggal Djati, yang sudah resmi mendapatkan izin dari para Guru-guru sepuhnya seperti : Gus Kholiq Al Haj ( Ki Bagus Tondo Negoro ) Sidoarjo, Kyai Fadil ( Mbah Fadil ) Kediri, Yai Romli ( kyai Rom ) Jombang, Yai Mahfudz ( Gus Put ) Mojokerto,Kyai Mukti Kediri, KH Mudzakir, dll. Agar selalu mengamalkan seluruh pengetahuan tentang Ilmu nya maka Haruslah selalu belajar dan mengajarkan Ilmu tersebut pada santri-santrinya , tanpa harus mempunyai sifat komersil pada siapapun terutama pada santri atau para tamu ( pasien ) yang ditanganinya . Dan yang menjadi pedoman dalam masa hidupnya adalah : selalu Sabar, Pasrah, Tawakkal, Neriman, dan Loman.
Saturday, September 3, 2016
Pembersihan Pemakemman Pra Penyelarasan Di Arjuno
Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh... Sugeng Rahayu Sagunging
dumadi salam Budaya dan salam seduluran.
Mohon maaf para pembaca sekalian sengaja kami unggah
artikel ini semua tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk mengenang
kisah-kisah perjalanan kami antara santri "PSDMD" yang jauh
atau yang sa'at ini dekat pada tempat Padepokan Kami, agar bisa selalu
mengenang kisah-kisah antara kami yakni kakak dan adik seperguruan selama dalam
naungan di Padepokan kami yakni "PSDMD" ( Suksmo Djagad Manunggal
Djati ), dan kisah dibawah ini kami alami waktu perjalanan Ritual 4 hari 3
malam yang waktu itu saya atas nama : Sayyidno / Gelar Sayyid Ahmad Sanyoto
Asal Cilacap Jawa Tengah dalam artikel
ini menulis kisah pengalaman kami waktu di malam : yakni : Ekspedisi Ritual Pembersihan dan Pemakemman sekaligus Latihan
Penyelarasan.
Saya ucapkan rasa Puja dan Puji syukur
kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan HidayahNya pada saya dan juga telah
mempertemukan saya kepada sahabat-sahabat baru saya yakni para Santri “PSDMD”
dan syukur Alkhamdulillah sa’at ini saya sudah mendapatkan atau mempunyai
seseorang yang saya anggap mampu untuk membimbing saya yakni Guru dan Mursyid
saya , beliau adalah : Ki. Ageng Selo dan orang sekitar memanggil beliau dengan
sebutan : Gus Madjid.
Saya tuliskan perjalanan kisah ini yang
nyata dan benar adanya apayang saya alami yakni pada sa’at saya mencari Jati
Diri yang sebelumnya saya selama ini mencari dan terus mencari yang tak kenal
tempat dan tidak berputus asa , Wal khasil saya dipertemukanlah oleh Alloh
kepada beliau seseorang yang membing saya, singkat cerita waktu itu sebelum
kita berangkat kamipun disuruh menunggu
karena salah satu anak dari Gus Madjid
yakni anak yang ke tiga atas nama : Abid Ashraf Kamalludin mengalami
sakit , sedangkan semua
segala persiapan sarana dan prasarana yang sudah kami siapkan bersama team yang
segera berangkat yakni para beliau Santri Gus Madjid diantara lain :
1.
Saya sendiri / penulis : Cilacap Jateng
2.
Gus Madjid
3.
Fu’ady / Joyo Waskito : Sidoarjo Jatim
4.
Dona / Ki Guntur Jagat Lelono / Mbah Gandreng :
Gresik Jatim
5.
Heris E.P / Ki Samber Sukmo Jagat Pamungkas :
Tuban Jatim
6.
Habib : Palembang Sumsel.
Tepatnya pada pukul 6 malam ba’dho magrib , segera
Gus mengatakan bahwa malam ini juga kita tetap harus berangkat walau dalam
kondisi apapun, yang waktu itu tujuan dan tempat lokasinya kami ber enam itu
tdk tahu kemana dan dibawa kemana kita semua menjalani prosesi ritual tersebut
, maka saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau yakni Gus sendiri,
setelah saya tanyakan Gus.... kita ini mau berangkat kemana...? lantas Guspun
terdiam sejenak , lantas Gus masuk kamar khusus nya sekitar beberapa menit
kemudian lantas Gus keluar dari kamar
dilanjut dengan mengucapkan kepada kami : kita pergi ke Jolo Tundo dulu ,
disana nanti entah kita mau pergi kemana lagi sa’at sekarang saya belum tahu,
ujar Gus.
Perasaan sayapun semakin tidak karuan was-was dan
sebagainya, karena pemberangkatan ini menyangkut dengan misi saya sendiri,
singkat cerita kamipun mengawali pemberangkatan tersebut dengan berdo’a yang
dipimpin oleh Gus sendiri, maka perjalanan dari sidoarjo ke Jolo Tundo Trawas
pun kita lalui sekita kurang lebih 1,5 jam lantas kitapun sampai di tempat Tujuan pertama, yang mana
saya sendiri baru pertama kali ke Lokasi tersebut , ternyata suasana alam yang
sangat sejuk dan dingin , mungkin karena lokasi yang ada di lereng Gunung
Penanggungan itu, sambil melihat-lihat lokasi ternyata disini tempatnya
seseorang jika melakukan ritual dan juga didepan pintu Gapuro Jolo Tundo
tersebut sayapun sudah menghirup suatu aroma yang tidak asing bagi saya , yakni
aroma Minyak wewangian dan aroma Hio atau dupa yang telah dibakar bisanya saya
sendiri memakainya waktu belajar pada guru-guru saya yang lain.
Suasananya yang begitu gelap yang mungkin disengaja oleh masyarakat sekitar yakni
tempat tersebut dikhususkan bagi para pelaku ritual , lantas setelah kita
membeli tiket masuk maka bergegaslah kita mengikuti isyarat Gus untuk memasuki
area yang mungkin sudah menjadi tujuan kita menurut beliau, lantas kitapun
mengikuti Gus berjalan dibelakangnya, sesampai di lokasi yang begitu gelap itu
kamipun menggelar tikar , dan kami duduk disitu sambil menunggu kata Gus
tentang kemanalagi kita selanjutnya, sambil menikmati udara yang semakin
menusuk tulang itu remang-remangpun saya
mulailah tampak bahwa yang ada didepan saya ini adalah sebuah gubangan yang
berisi air jernih dan setelah saya menyalakan lampu penerangan maka terlihatlah
didepan saya itu adalah semacam tumpukan bebatuan semacam candi, dan di air
tersebut tampaklah oleh penglihatan saya bahwa ada sekumpulan ikan yang
beraneka ragam jenis ikan itu tampak semakin indahnya saya rasakan jika saya
berfikir itu pada waktu saya liat siang atau pagi hari, seketika itu Gus
berkata kepada saya agar mempersiapkan segala sesuatu dan lantas lanjut antri
dalam ritual pertama yakni kungkum disebuah gubangan atau sendang asal mata air
tersebut, yang konon disini adalah petilasan dan peninggalan Prabu Aer Langga
Maja Pahit.
Dengan mengikuti petuah-petuah dari Gus kitapun
bergegas melaksanakannya , lantas tibalah giliran kita dalam antrian orang-orang
yang sama seprti kami yakni melakukan ritual kungkum, maka kamipun bergegas
melaksanakan ritual kungkum itu, sebelum kami masuk didalam air yang begitu
dingin , maka kamipun di bimbing oleh Gus untuk segera mengikuti dan membaca
suatu bacaan yang dituntun oleh beliau, lantas kita pun mengikuti , setalah itu
lanjut kita disuruh ber wudlu , setelah ber wudlu maka kamipun masuk kedalam
air yang dalamnya kira-kira sedada orang dewasa, anehnya pada waktu kungkum
tersebut saya merasakan sesuatu hal yang aneh bagi saya yakni : seperti
goncangan yang amat dahsyatnya pada tubuh saya waktu tangan Gus berada diatas
kepala saya , lantas ada sesuatu yang sayapun tidak tahu itu, tetapi saya
merasakannya ada sebuah cahaya yang keluar melalui seluruh tubuh saya , lantas
saya kaget akan tetapi saya terus berusah tenang dan mengikuti petuah-petuah
Gus karena waktu itu Gus Pun ikut Kungkum , taklama kemudian saya disuruh
berdiam persis dibawah guyuran mata air yang keluar , kira-kira hampir satu jam
, saya pun dipanggil oleh Gus dan semua kawan-kawanpun segera menyelesaikan
prosesi kungkum tersebut, lantas diajak naik ke atas bebatuan yang jalannya
cukuplah sulit dan licin itu, lantas tibalah kami di suatu tempat pertapaan
atau persemedian para raja-raja Mojo Pahit dahulu,lantas kitapun mengikuti
isyarat Gus untuk mengikuti segala apa yang Gus ucapkan dan berdzikir , setelah
selesai berdzikir lalu saya disuruh untuk bersemedi disitu dengan seorang diri.
Beberapa jam kemudian terdengarlah dalam telinga
saya adanya suara yang memanggil saya , setelah saya cernah ternyata suara Gus
, dan beliau berkata agar saya segera meng ahiri semedi saya, lantas sayapun
mengahirinya, dan mengikuti kemana arah Gus membawa saya, setelah tibanya saya
di suatu pendopo disitu tampak kawan-kawan santri yang lain langsung
menyodorkan rokok pada saya untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk tulang
belulang itu.
Setelah saya duduk sebentar dan Gus pun bertanya
pada saya , bahwa didalam saya bersemedi tadi apa yang kamu rasakan dan kamu
lihat, sayapun menjawab : Ngapurane Gus Kulo wau kroso dan melihat sesuatu yang
aneh , saya melihat saya sendiri akantetapi disitu saya berada di atas Gunung
yang terjal jalannya, dan disitu sayapun melihat ada kita semua disana , lantas
Gus bertanya trus ada apa lagi... sayapun menjawab : saya melihat ada ular
besar ber mahkota diatasnya tapi anehnya ular itu ada dua dan ular tersebut
berdiam... lantas itu muncul ada sesuatu entah apa di bawah ular tersebut, ujar
Gus ... ok... kita istirahat sebentar lantas ujar Gus lagi : Mas Nok... yang
kamu lihat itu adalah isyaroh kepada kita semua agar untuk meneruskan
perjalanan kita ke G. Arjuno , karena yang Panjenengan lihat itu ada ular dsb,
maka kita harus betul-betul ikhlas dan tabah hati dalam perjalanan nantinya ,
ujian itu tidaklah mudah seperti yang kita harapkan , maka kita semuapun
menjawab : Sendiko Dawuh Gus... lantas Gus pun berdiam sejenak, setelah itu Gus
berkata : mulai sa’at ini hingga proses perjalanan nanti hingga usai kita semua
tetap bersama , dan jangan sampai ada yang terpisah diantara kita.
Selang beberapa kemudian saya berkata kepada Ki
Samber : ki saya kok melihat ada cahaya yang turun tepat di bebatuan arca yang
kira-kira jaraknya 15 meter dari tempat kami duduk, lantas Ki Samberpun
menjawab : datangilah agar kamu tahu ada apa disana, lantas sayapun memohon
ijin pada Gus , untuk melihat apa yang terjadi , Guspun mengizinkannya, lantas
saya mengajak salah satu Santri yang lain yakni Mbah Gandrenk, untuk mendatangi
tempat tersebut maka kamipun bergegas datang pada tempat yang saya maksud
tersebut, setelah saya tiba disitu dan saya periksa dengan sebuah penerangan
lampu senter, ternyata tiada apa-apa yang berarti, akan tetapi disitu Mbah
Gandrenk pun berkata : ini ada yang lain entah apa ini, lantas segeralah Mbah
Gandreng berdiam diri sejenak lantas saya disuruh menarik nafas yang kuat
lantas Mbah Gandreng meraih tangan kanan saya agar mengarahkan kesuatu tempat ,
tak lama kemudian Mbah Gandrenk menjejakkan telapak kakinya ke Bumi 3X seraya
menyebut Alloh.....Hu akbar, Subkhanalloh setelah itu saya mendengar sebuah
letusan kecil tepat didepan tangan saya , dengan hati was-was dan kebingungan
pun saya bertanya pada Mbah Gandrenk : onok opo Mbah.... Mbah Gandreng pun
menjawab : lihatlah pakai senter , setelah saya sorot pakai lampu senter
ternyata Subkhanalloh.... kok ada sebuah batu yang bercahaya bias keputihan
tampak diantara batu-batu kecil hitam yang lain, lantas Mbah Gandreng menyuruh
saya agar saya mengambilnya , lantas kita haturkan kepada Gus.
Singkat cerita tepatnya pukul 02:30 dini hari ,
Gus mengisyaratkan agar kita berkemas dan lantas bergeser menuju G. Arjuno.
Maka kamipun bergegas beranjak meninggalkan lokasi Jolo Tundo,walau trasa lelah
dan ngantuk kami masih semangat untuk melanjutkan perjalanan yaitu G.Arjuno
mengikuti apa yang sudah di isyarohkan kepada saya ujar Gus waktu saya
bersemedi tadi. Dalam
perjalanan ke G.Arjuna sedikit melepas lelah kami berhenti sejenak d sebuah
warung kaki lima sebuah warung soto dan cocok untuk mengisi perut kami..karena
semalaman hanya kopi dan rokok saja.Sekitar setengah jam Gus pun mengisyaratan
agar kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali,dengan sigap
kitapun mengikuti apa yang Gus katakan untuk melanjutkan perjalanan.
Jarak tempuh ke G.Arjuna dari JoloTundo sekitar
dua jam,tepat jam 05:00 kita langsung mengikuti Isyarat Gus yaitu: kita di
suruh ke tempat pertama yakni Petilasan Pertapaan Bethoro Guru di kaki
G.arjuno, sesampainya di Pertapaan Bethoro Guru yang lokasinya masih dekat
perkampungan, kami pun harus menjaga tingkah laku dan sopan santun Gus berkata kita
rehat sebentar dulu di sini,dengan tanpa di suruh Ki joyo waskito dan Habbib
menurunkan tas dan barang bawaannya trutamanya sebuah tikar dan peralatan
perbekalan kami untuk beristirat dan sedikt meluruskan badan sambil minum kopi
yang sudah d persiapkan tadi sama Ki joyo Waskito dan Mas Habbib,di saat kita
ngobrol dan sedikit bersenda gurau karena tempat kita ini sedikit dekat kampung
jadi kita harus menjaga sopan santun pesan Gus,di saat kita lagi asyik
menikmati kopi tiba-tiba entah dari mana awalnya ia datang kitapun tidak mengetahui, seorang kakek-kakek
tua dengan pakaian sedikit lusuh,kami semua yang lagi menikmati kopi pun
sedikit terkejut sambil seraya menyapa salam dan menawarkan secangkir kopi,dan
kakek-kakek itu pun menghampiri kita semua dan aku persilakan duduk bersama
kita dan ku suguhkan makanan apa yang ada,kami pun memperkenalkan diri pd kakek
itu,dan kami pun dengan lemah lembut bertanya kepada si kakek nama kakek
siapa? Dengan pelan si kakek menjawab
kulo asmanipun Mbah Romo..ternyata Mbah Romo yang lucu dan kocak sehingga kita
semua bisa tertawa-tawa mendengar cerita Mbah Romo,selang beberapa lama
tiba-tiba Mbah Romo mengeluarkan sesuatu yang tersimpan di saku bajunya,eeh
ternyata hanya selembar kertas dan sebuah pulpen,kami pun menanyakan untuk apa
Mbaah?,Mbah Romo hanya tersenyum belum menjawab pertayaan kami,Mbah Romo hanya
mulai menggambar sesuatu yang kami hanya melihat dan tidak tau makna dan arti
lukisan yang Mbah Romo gambarkan,dan kami pun sambil memperhatikan Mbah Romo
menunggu satu kata ucapan Mbah Romo, kami semakin penasaran ingin tau apa makna
lukisan itu,tiba-tiba MbahRomo melihat dan menatap kita satu persatu kemudian
seraya berkata Nggeerrr...ati-ati mengko neng duwur wonten seraya menunjuk
sebuah lukisannya sambil berkata namung rambut jagung Nggeerrr....wis ndang di klutik..aee...ono cemlorot melengkung
entheng...kami pun semakin penasaran apa arti rambut jagung karena Mbah Romo
tidak mau menjelaskan secara perinci, bagi saya seolah itu tiada berarti
apa-apa , karena semakin penasaran saya , maka saya tanyakanlah hal tersebut
pada Gus, kata Gus : Beliau itu seseorang yang mempunyai kelebihan , akan
tetapi masyarakat disini mengatakan bahwa beliau itu sedikit Gila, nah... kita
tunggu saja apa yang berlaku nanti pada kita , karena Mbah Romo berucap seperti
itu maka pasti ada hikmahnya nanti.
Waktupun berlalu karena kita capek secara fisik
kami, dan juga capek perut kita tertawa gara-gara ulah sikap dan kata-kata Mbah
Romo tersebut yang kocak, seperginya kakek tersebut barulah kita beristirahat ,
hingga tiba waktu menjelang petang hari kira-kira pukul 20:00 kitapun
melanjutkan perjalanan yang di titahkan pada Guru kami yakni kearah pendakian
Arjuno, kitapun sampai ke Pos I yakni tempat parkiran dan pendataan anggota
pendakian , yakni saya rehat di rumah Bapak Jito sebutan masyarakat sekitar ,
lantas dengan ucapan ramah keluarga Bpk Jito tersebut kami dipersilahkan masuk
dan disuguhkanlah Wedang Teh hangat dan
kopi, tinggal pilih dech pokoknya, selang beberapa sa’at kemudian kamipun
dikomando oleh Guru kami untuk melanjutkan pendakian .
Pendakianpun kita lanjutkan sesuai titah Gus, dengan
jalan setapak berbatu yang begitu terjalnya hingga kamipun sesekali berhenti
untuk beristirahat dipinggir jalan setapak tersebut, tanpa kita sadari saya
melihat tampak dari kejauhan sebuah lampu kerlap kerlip dan itu adalah lampu
kota malang dalam suasana malam hari yang begitu indahnya dibarengi dengan
udara yang begitu dingin , didalam sela perjalanan kita tersebut tersentak Ki
Samber yang waktu itu posisi berada paling depan mendadak berhenti seketika,
lantas memanggil Ki Joyo Waskito, lantas ki Joyo pun seraya cepat menuju Ki
Samber, saya pun tidak tahu dalam percakapan yang seolah kebingungan jika
kitalihat antara Ki Samber dan Ki Joyo , maka Gus pun bergegas menyuruh Mbah
Gandreng atau Ki Guntur untuk menge cek apa yang terjadi pada mereka berdua ,
lantas dengan sigappun Ki Guntur berlalu menyusul ke atas yang jarak dari saya
kurang lebih 7 hingga 10 meter itu, tak lama kemudian Habib dengan sikap
penasaran pun menyusul mereka, karena sayapun juga penasaran maka sayapun
menghampiri kawan-kawan tadi dan bertanya : enek opo Mbah Gandreng kok
mandeg...? lantas Mbah Gandreng
mendatangi Gus yang posisinya masih dibawah , dengan membawa tongkatpun Gus
menghampiri kita, seraya berkata Eh..... Tunggu dulu.. tolong kalian semua
bergeser agak melebar dari dimana tempat posisi saya berdiri , sayapun
mendengar ucapan Gus begitu maka saya pun tersentak kaget kebingungan , lantas
Gus menancapkan tongkat yang dibawah olehnya tersebut kearah tepat di samping
kaki kiri saya dan lekas-lekas menyuruh
para Santri memasang kuda-kuda , karena saya penasaran maka saya putuskan untuk
melihat secara batiniah saya , saya pun tersentak terkejut juga sedikit takut ,
dalam pandangan saya ada di atas dari arah bawah terlihat meluncur ke arah kami
seperti asap hitam tebal yang berjalan cepat menuju ke atas kearah kami, dan
seketika itu pula yang saya rasa dalam pandangan batiniah itu seolah nyata dan
semuapun melihatnya , selang kemudian tampaklah sesosok makhlug-makhluq entah
makhluq apa sayapun tidak tahu waktu itu, tak disangka-sangka dan kitapun belum
siap bahwa makhluq yang tampak oleh saya itu berwajah seperti ingin menyerang
kami maka tiba-tiba itu Gus menyuruh salah satu Santri yakni Ki Joyo untuk
membentengi diri kita semua, karena saking banyaknya makhluq itu yang datang
yang mungkin dirasa pagar Gho’ib itu akan tembus seraya Gus berkata kepada kami
: Lari , Lari,Lari... karena disitu kami saling kebingungan karena ucapan Gus,
yang waktu itu Gus masih terdiam disamping tongkat yang dihujamkan itu
berdiri , hingga Gus berkata lagi : Lari
Mbah...Lari Yid...karena diantara kami tiada yang bergerak atau lari seperti
yang diperintah Gus... maka Guspun langsung mencabut tongkatnya dan mengambil
dengan cepat sebisanya Tas rangsel dan Jaket , langsung berlari menuju keatas,
nah.... karena kami tahu bahwa Gus Lari maka tanpa berfikir panjang kamipun
lari sambil menenteng perlengkapan sebisanya sehingga masih ada perbekalan kami
yang masih tertinggal ditempat tersebut.
Lantas
sekitar seratus meter dari kejadian Gus menghentikan lari tunggang langgangnya
sambil nafas ter engah-engah tersebut
sambil tertawa terbahak – bahak, setelah kami sampai di tempat Gus
sayapun kebingungan dengan sikap Gus yang aneh tersebut , lantas Mbah Gandreng
pun bertanya pada Gus : Lho Gus wonten nopo kok melajeng , trus sakniki kok
malah Ngguyu ngakak...(Gus kenapa lari... tetapi sekarang kenapa tertawa
terbahak-bahak begitu...) . seraya Gus pun menjawab : Lha iyo Mbah... lawong
kita ini termasuk orang linuwih lanopo wonten ngoten kok mlajeng ( Lha iya Mbah
kita ini orang yang mempunyai kelebihan tentang hal seperti itu , kenapa ada
hal seperti itu kok malah kita lari...) serentak Kami semuapun tertawa
terpingkal-pingkal sayapun dalam benak dan fikiran yang tak karuan itu merasa
heran, la iya kita semua kenapa lari ya... he.ha.ha.ha.... Mas Habibpun berkata
: lha Gus aja lari apalagi kita... ya secara otomatis larilah kita huwa
ha.ha.ha.ha... ujar Habib sambil memegangi perutnya dan nafas ngos-ngosan itu.
Lantas tak lama kemudian Gus menyuruh kami ber 5
agar segera mengatur strategi seolah setrategi dalam perang, lantas tiba-tiba
Gus mengeluarkan sebilah Keris nya lantas memanggil saya lalu Gus menyuruh saya
memegang dan seraya mengarahkan keatas , seketika itu sayapun menuruti apa yg
sudah diperitahkan beliau, dalam kegelapan malam tersebut sambil saya memegang
dan mengarahkan pusaka keatas tersebut lantas saya disuruh Tarik nafas ,
setelah saya tarik nafas sekuat tenaga , ternyata Keris atau Pusaka Gus yang
diberikan pada saya tadi tampaklah Menyala membara seperti seperti arang yang
sudah terbakan dan masih mebara, sayapun bingung karena melihat keris tersebut,
seraya saya berkata pada Kawan-kawan bahwa pusaka ini menyala, kawan-kawanpun
berkata iya, iya, lantas Gus berkata tetap usahakan tegap dan ada apapun
janganlah kalian takut, tak lama kemudia saya mengetahui ada sesuatu yang
melesat cepat , tepat mengenai sisi samping keris yang saya pegang itu lantas
ada terdengar suara riuh seperti Aungan layaknya binatang yang sedang tertembak
lantas kesakitan, seketika itu pula Gus berkata pada saya : Mas Sayyid jika
nanti saya suruh menancapkan keris itu ketanah maka segeralah kamu Hujamkan
keris itu ketanah, dan jangan sampai Kamu lepaskan, saya pun menjawab : Siap
Gus.., setelah Gus berkata pada saya
lalu Gus pun berkata kepada Habib dan Ki Joyo , Mbah Gandreng juga Mas Heris
akan segera bersiap-siap dan janganlah gentar,
selang beberapa sa’at kemudian , tiba-tiba saya merasakan bahwa keris
yang saya pegang tersebut berguncang secara hebat sembari saya berkata pada Gus
akan sesuatu yang saya alami tersebut, belum sempat selesai saya berkata maka
Gus berkata , Tahan Mas Sayyid tetap dalam posisi, dan lawan terus jangan kamua
lepaskan , seketika itu pula ada terdengar semacap benturan lalu Gus menyuruh saya untuk segera
menghujamkan keris tersebut ketanah ,
seketika itu pula Gus melompat seperti menangkap sesuatu lantas Gus pun
terseret bergulingan ke tanah dan terus berguling hingga dilereng-lereng jurang kira jaraknya
agak jauh dari kami dan kawan-kawan lainnya, karena kami semua mengkhawatirkan terjadi apa-apa dengan Gus ,
maka kawan-semua memutuskan segera
berlari menyusul menghampiri Gus yang seluruh badannya terlilit dengan
jerami-jerami kering juga tanah dan juga akar-akar dari semak belukar
disekeliling kami tersebut , yang saya dengar Gus ber Istighfar berkali-kali
dan sesekali menyebut Allohu Akbar, kamipun semakin penasaran melihat Guru kami
dalam keadaan seperti itu lantas Mbah Gandreng pun menghampiri dan berniat
menolong Gus pada waktu itu dan juga Mas Habib pun menyusul di belakang Mbah
Gandreng dengan saya juga santri-santri yang lainnya, setelah kami dekat dengan
Gus seraya Gus pun berkata hati-hati jangan kalian lihat matanya seketika itu
pula saya melihat ada dua cahaya kemerahan tampak bersinar diantara sela-sela
tangan Gus , karena kami ingat kata-kata yg Gus ucapkan maka kami serentak
melindungi mata kami dari kilauan cahaya merah tersebut.
Sambil menutup mata kami dengan telapak tangan
kami masing-masing kami semakin penasaran apa sebetulnya yang ada pada
genggaman tangan Gus tersebut , setelah berlahan telapak tangan saya buka dari
mata saya sekilas tampak ada yang meliuk-liuh hebat menyerupau ekor binatang ,
lantas Gus pun terseret beberapa meter tiba-tiba berhenti , dan lantas Gus
menyuruh pada kami segera membacakan Sholawat Nariyah. Selang beberapa saat
kemudian Gus bangkit dari tanah dengan wajah lusuh dan rambut acak-acakan juga
badan yang penuh lumpur itu sambil memegang sesuatu dan beranjak kearah kami
sambil Selang beberapa saat kemudian Gus bangkit dari tanah dengan wajah lusuh
dan rambut acak-acakan juga badan yang penuh lumpur itu sambil memegang sesuatu
dan beranjak kearah kami sambil berkata : endi senterre... iki opo iki...( mana
senternya ini apa ini coba di terangi) ,
begitu Ki Samber menerangi apayang ada dan digenggam oleh Guru kami maka kami
semuapun kaget tersentak dengan berkata Allohu Akbar ....Allohu Akbar,
Subkhanalloh... saya pun bertanya kepada Ki Samber , apa itu Mas Heris...? mas
Heris (Ki Samber) sebelum ki Samber menjawab langsung Gus menyerahkan yang ada
pada genggaman Gus tadi kepada Ki Samber, maka berkatalah Ki Samber
Astagfirullohal Adzim... iki opo iki...? lantas Mbah Gandreng Menjawab : Lho...
ini Bethoro Karang..
Lantas Ki Samber merasakan pada yang dipegang
tersebut katanya ia bergerak , terus terasa semakin panas telapak tangan Ki
Samber, Lantas Gus merapalkan sesuatu Do’a , lantas berkata : ini mungkin masih
berbahaya , jadi kita kurung dulu dan kita carikan tempat buat menaruh sosok
jasad makhlug tersebut ke suatu tempat kecil, maka kamipun mencari bakal tempat
disekitar akan tetapi mungkin ini dihutan maka sangatlah sulit bagi kami
menemukan wadah atau tempat bakal tempat yang cukup buat menaruh BK tersebut,
maka terpaksa sayapun membuka bekas tempat wadah minyak yang ukurannya kira2
panjangnya 25 Cm dan kira-kira berdiameter 6 Cm lantas kamipun disuruh
mengurung atau memagar Gho’ib Jasad Sosok makhluq tersebut, makhluq itu jika
saya gambarkan disini yakni berukuran P. Kira-kira 20 Cm berbentuk kulit kuning
keriput menyerupai warna kulit orang tua , mata kedalam jika dilihat tampak
seperti tengkorak dan rambutnya berwarna kuning keputih-putihan dan panjang
rambutnya dua kali lebih panjang dari jasad nya itu, berkuku panjang melengkung
pada tangan juga kuku kakinya, jika kita melihat tampak seremlah makhluq tersebut
, akan tetapi waktu sampai dirumah ketika saya buka dan kita lihat bersama
,semua kulitnya dan mukanya berubah warnanya menjadi tampak hitam kelam seperti
habis hangus terbakar.
Setelah itu kami lanjut kembali perjalanan kita ,
selang beberapa waktu kemudian sampailah kita di Pos II yakni Onto Bugo pada
pukul 3pagi,d karenakan ada halangan dan ujian saat di perjalanan kita sampai
di Onto Bogo membutuhkan waktu yang cukup panjang dan melelahkan juga penuh
ketegangan bagi kami,sambil melepas lelah kita dan sambil membersihkan salah
satu barak untuk beristirahat dan menyiapkan mie instan yang mungkin lebih
cepat memasaknya karena semalaman kita hanya minum air tawar,setelah menikmati
makanan yang ada kami mencari tempat untuk membersikan badan,kira-kira satu
batang rokok saya habiskan Gus berkata disini kita ibaratkan rumah kita sendiri
janganlah kita kotori jagalah kebersihan karena kebersihan itu sebagian dari
iman kita, lantas Gus pun menyuruh kita
untuk beristirahat dulu agar badan kita besok pagi kembali sehat, selang
kemudian semua pun memejamkan mata hanyut dalam mimpi.
Di pagi
yang dingin matari yang hanya sedikit menerangi dari sela-sela pepohanan juga
karena kabut yang menyelimuti,ternyata MbahGandreng dan Habbib sudah terbangun
duluan memasak nasi dan air kopi sambil menunggu perintah selanjutnya dari Guru
kami, dan sa’at sedang menunggu kopi siap lantas kembali teringatlah dan menjadi bahan perbincangan kitalah antara suka dan duka semalam ,kita teringat sama Mbah
Romo apa yang di gambarkan dan dilukiskan
ternyata ada kaitannya dengan perjalanan kita tadi malam,seperti perkataan si
Mbah tentang “ Rambut Jagung” ternyata memang benar istilah Mbah Romo yang
ternyata sebuah wujud Bethara Karang yang memang rambutnya persis seperti
rambut jagung,sedikit menghibur Habbib yang asal dari palembang sedikit saja
tahu bahasa jawa jadi olokan dan gurauan karena bahasa jawanya masih glepotan
dan saya sendiri bahasa cilacap ngapak jg jadi semakin hangat dan meriah,
ha.ha.ha.... bahasaku yang mungkin ditelinga
kawan-kawan agak aneh jadinya semakin menambah hiduplah dalam kata dan gurauan
diantara kami semua.
saya pun teringat di mana ketika ada di Jolo Tunda
di saat semedi ternyata dua ekor ular itu dan suasana nya waktu dalam semedi
itu sama persis dengan keadaan saya di Onto Bugo ini, saya pandang saya ingat
semua adalah sangat persis apalagi ada tugu Kostratnya yang memang disitu ada
Trisula yang di kanan kirinya adalah patung ular , aku yakin ini bukan satu kebetulan aku hanya
bisa pasrah apa yang akan terjadi nanti dalam perjalanan, karena masih panjang
menuju puncak gunung,sambil menunggu malam tiba kami selfi foto untuk sebagai
kenang-kenangan,terasa cukup beristirahat kami pun kembali sehat segar bugar
dan siap melanjutkan perjalanan kami sambil menunggu isyarat dari Gus kita
kembali membersikan tempat barak dengan rapi.tepat jam 7malam sebelum
melanjutkan perjalanan Joyo Waskito merasakan energi dan saya sendiri juga
merasa ada tarikan dan getaran yang cukup kuat, Mas heris langsung menanyakan
sama Gus:gus onten nopo malih niki Gus,,tenang dan sambil tersenyum Gus
menjawab: kemudian menyuruh saya mengambil air mineral yang kita bawa,disitu Gus aku perhatikan diam
sebentar dan selanjutnya dengan tiga hentakan kaki ke tanah ternyata kita di
kasih hadiah dari Onto Bugo ini sebuah batu berwarna merah brada dalam botol
air mineral tadi yang aku sediakan sendiri, padahal botolnya masih tertutup
segel dan waktu itupun Gus berada kurang
lebih 15 meter dari botol tersebut, dan Alloh Hu Akbar.. maka terjadilah suatu
yang tidak mungkin menjadi ada , lantas tak lama kemudian ,Dengan di awali Do”a Gus pun memerintahkan kita untuk melanjutkan
perjalanan dengan bergegas kita pun mengambil tas ransel berisi bekal yang
sudah menjadi bagian bawaannya masing-masing yang memang kami sudah persiapkan.
Dengan berhati-hati kami melewati jalan setapak
yang terjal dan semakin menanjak serta bebatuan yang licin juga tajam karena
kita hanya pakai sandal jepit, semakin kita harus estra berhati-hati,untuk
mehilangkan rasa kecape’an kami sambil bernyanyi-nyanyi dari lagu / langgam
jowo lagu rock juga lagu luar negri, kitapun saling bersahutan mana yang
mungkin hafal dan bisa dinyanyikan , ada nada tinggi, nada rendah, yang penting
heppy kata Gus..tepatnya di tikungan jalan yang sdikit curam saya dan Joyo
Waskito memang pada saat itu di depan,masih ku ingat betul sa’at itu, lagi
asyik-asyiknya menyanyi, aku merasakan ada sesuatu dengan secara tiba-tiba aku
mendengar suara dari arah samping kanan
saya lantas berangsur cepat seperti benda jatuh dan jatuhnya tepat di depan
saya dan sempat mengenahi kaki Joyo Waskito, dalam gelapnya malam karena posisi
pada saat itu kita berdua adalah barisan paling didepan, dan di arah kanan kita
itu adalah Jurang yang sangat dalam dan curam, saya cepat-cepat turun untuk menemui Gus, yang waktu itu Gus sama Habib
sedang asyiknya benyanyi bersahutan sama Ki Samber juga, kami belum tahu benda
apa yang secara tiba-tiba jatuh itu,Gus segera memerintahkan Mbah Gandreng
untuk mengarahkan lampu senter yang tepat pada Joyo waskito, karena posisi Joyo
waskito belum branjak dari benda yang jatuh itu,setelah cahaya senter di
arahkan tepat arahnya pada kaki Joyo.... ternyata sebuah pusaka berbentuk
kujang ada di sebelah kaki kiri Ki Joyo karena aku paham benda tersebut adalah
berbentuk melengkung , maka saya yakini dan berkata kepada semua bahwa benda
itu adalah Pusaka kujang,dengan tidak
menunggu lama Gus memerintahkan saya mengambil sebuah minyak dalam tas,dengan
berhati hati Gus mendekati dan mengambil benda pusaka itu,suasana brubah total
karena tidak di sangka-sangka ada peristiwa seperti ini ,dengan dibantu Mas
heris pusaka itu pun di amankan dan saya pun blum brani bertanya –tanya sama
Guru kami, karena guru kami sedang mengecek kondisi kaki Ki Joyo yang terkena Goresan Pusaka Kujang tersebut
dan agak membengkak biru , lantas Gus mencari ramuan tumbuh-tumbuhan disekitar
, lantas ditaburkannya dedaunan atau ramuan tersebut pada kaki Ki Joyo.
Dengan se Izin Alloh maka tidak lama kemudian
darah yang mengucur dan bengkak membiru kaki Ki Joyo tersebut ber angsur-angsur
pulih kembali , lantas seketika itupun Gus memerintahkan kami untuk ber henti dan bermalam di tempat
ini juga, walau tempatnya sempit dan curam kami siap dan sendiko dawuh,sambil
mencari tempat sedikit rata untuk menaruh tas-tas kami,dengan posisi yang waktu
itu kemiringannya hingga mencapai 40 derajat, ya... mau gak mau dech...maka
kamipun segera mengeluarkan perbekalan kami lantas membikin kopi yang disanding
dengan snack dan rokok sambil menunggu isyarat selanjutnya.
Tak terasa... mungkin kami merasa kecapekan
bingung bercampur segala macam was-was kami semuapun terlelap dalam tidur kami
semua, tak terasa badan kamipun terasa panas tersengat matahari lantas sayapun
bangun dari tidur , akan tetapi eh... yang saya lihat Gus di samping Mbah
Gandreng sudah bangun lebih awal dari kita semua, lalu saya berniat
membangunkan kawan-kawan akan tetapi Gus melarangnya saya untuk membangunkan
Kawan-kawan lainnya seraya Guspun
berkata : ojo di gugah .... kuwi lagi tugas, sambil saya menganggukkan kepala
tapi dengan hati bertanya-tanya kenapa kok Gus mengatakan begitu... yach... PR
lah menurut saya, lantas sayapun waktu itu teringat akan kata-kata Mbah Romo,
saya bercerita kepada Gus , sambil menikmati sejuknya angin pegunungan Arjuno
dan indahnya suasana pada hari itu , selang beberapa waktu kemudian bangunlah
Mas Habib lalu disusul dengan kawan-kawan yang lain, lantas kita sarasehan
sebentar ditengah jalan itu, dan Gus pun berkata : ok... inilah Arjuno
bla..bla...bla.... nah coba kalian ingat kembali mulai awal sebelum kita naik
ini , Mbah Romo berkata apa dan menggambarkan apa , lantas Habibpun menjawab:
iya Gus mungkin kata-kata Mbah Romo itu ada kaitannya dengan ini semua , ini
terbukti mulai ia menggambarkan dan berkata Rambut jagung lantas menggambar di
samping gambar yang coretan-coretan itu tampak ada dua gambaran sekilas memang
tampak menyerupai Pusaka Kujang yang tadi mengenai kaki Ki Joyo itu yang berada
disisi kanan dan kiri gambaran rambut
jagung tersebut , tak kusangka dan tak kita kira ya Gus... seseorang yang
berperawakan lusuh dan dan divonis oleh masyarakat itu sebagai orang stress ,
edan , gila , sinting dll bisa seperti itu, mungkin benar kata-kata Gus waktu
itu beliau bukan orang sembarangan ,dan beliau
itu bisa juga disebut wali Alloh.
Nah ... ujar saya : jika begitu Gus ... ini pasti
ada satu lagi entah apa...? , karena di kanan kiri gambar Rambut jagung itu
Mbah Romo selalu mengatakan hati-hati sambil menunjukkan ujung Bolpoinnya
kearah gambaran melengkung yang menyerupai Kujang tadi malam, mohon maaf itu
kemaren yang saya perhatikan dari sikap dan mbah Romo berkata ngalor ngidul
tidak karuan kemaren, Gus pun berkata kepada kami : Alloh akan selalu memberi
petunjuk pada HambaNya yang ber Iman
melalui apapun dimanapun kita , maka wajiblah kita selalu menela’ah
setiap apa yang kita temui dan harus berhati-hati.
Lantas Gus
mulai mempersilahkan kita agar berkemas untuk melanjutkan perjalanan, dan kami
pun bergegas merapikan dan berkemas , hingga melewati Watu Kursi yang ujar Gus
katanya dulu Presiden Ri pertama pernah duduk disitu bersama wakil beliau yakni
Moh Hatta. Lantas lanjut kembali hingga kita terhenti ada persimpangan jalan disitu
saya disuruh Gus untuk berdiam sejenak di persimpangan duduk dan berdo’a ,
lantas taklama kemudian kita melanjutkan perjalanan , karena saya penasaran
kenapa Gus menyuruh saya berdo’a di persimpangan tadi , maka saya tanyakan pada
santri-santri yang lainlah ... tetapi jawab merekapun tiada yang tahu dan semua
jawabannya selalu mengarahkan saya agar untuk bertanya kepada beliau Guru kita,
lalu sayapun bertanya akan hal itu kepada Gus dan saya pun bertanya tempat yang
tadi? Gus.. pun menjawab ketahuilah tadi itu tempat petilasan Patih madrim,patihnya
Raja Angling darmo..dan kami pun tidak banyak bertanya lg karena sudah cukup
jelas jawaban dari Gus,kami dalam perjalanan menuju pos 3 jalan smakin menanjak
kira-kira sudah ketinggian 2000 kaki dari laut tidak lama kamipun sampai sebuah
tugu dan itu tanda bahwa kita sudah memasuki pos 3,Gus..memerintahkan nanti
kalo sampai Petilasan Eyang Sekutrem kita untuk berhenti sejenak di petilasan
Eyang Sekutrem untuk berdo”a,setelah kami berdo”a kami pun kembali melanjutkan
perjalanan dengan sedikit jalan berundak-undak tak jauh dari Petilasan Eyang
Sekutrem kami berhenti tepatnya Petilasan Eyang Abiyoso,Gus... mengisyaratkan,agar
untuk beriadloh di Eyang Abiyoso,tanpa bertanya-tanya kami pun dengan sigap
mencari tempat yang di perintahkan Gus...
Banyak barak-barak di sini tapi kami memilih yang
agak jauh dari barak-barak lainnya dengan persetujuan Gus...kami pun mulai
membersikan barak yang sedikit kotor mungkin karena jarang di pakai karena jarak
dari Eyang Abiyoso dan sendang Dewi kunthi pun tidak terlalu jauh untuk
mempermudahkan kita untuk melaksanakan ritual yang utama yaitu pemakeman dan penyelarasan
energi,juga mempermudah kita melaksanaka aktifitas karena kita tidak tahu untuk
berapa hari kita di pos3 ini di Petilasan Eyang Abiyoso ini,Karena Guru kami
Gus Madjid memerintahkan untuk beriadloh dan menmunajat disini Eyang Abioyoso
dan Dewi Kunthi,,setelah kita membersihkan barak secara bergotong royong
bersama-sama barakpun cepat selesai dan bersih , dan siap digelar tiker dan
alat-alat masak semua sudah kami tempatkan pada posisi yang pas ,dengan kondisi
agak capek, lantas baru ini akan memasak yang sedikit kita tambah menu 4sehat
5sempurna untuk bekal kita melasanakan ritual karena butuh proses lama dan
menguras energi kita,sekitar jam 7malam Mbah Gandreng dan Ki Joyo pun sudah
mempersiapkan makan malam dan pas sekali dengan yang kita inginkan,dengan
lahapnya kita menikmati maklum sudah cape dan baru ini kita makan dengan menu
yang menggoda selera nafsu makan selama dalam perjalanan,mulai malam ini juga
Gus...menitahkan kepada smua santrinya untuk jangan tidur sampai waktu yang
tidak di tentukan sambil menunggu tugas dari Guru kami memerintahkan mau satu
hari satu malam dua hari maupun tiga hari tiga malam kami semua ikut Perintah
Guru kami Gus madjid/Ki Ageng Selo..
Setelah makan malam kami sambil nyatai rokokan ada
juga Mas Habib yang lagi Mijitin Gus.. sambil nunggu isyarat dari Gus...jam berapa
saya mulai melaksanakan ritual saya sendiri itu , dan sayapun di depan barak
sambil melihat –lihat suasana disekitar ternyata malam ini mendung menyelimuti
tapi di langit masih ada cahaya-cahaya bintang yang jauh dan angin yang dingin
menerpa menusuk tulang saya juga membayangkan gimana kalau waktu ritual kungkum
sudah kubayangkan paa gak beku badan ini....sedangkan saya sudah pakai baju dan
jaketpun terasa sejuk dan dingin..tidak terasa dengan canda tawa kita mengenang
peristiwa- peristiwa yang di alami dalam perjalanan,terdengar Gus...sudah saat
nya bersiap,aku melihat jam ternyata udah 1 dini hari, kami pun begegas bersiap
dan menyiapkan segala sarana untuk Pemakeman dan penyelarasan
energi..Gus...memerintahkan kita yang pertama kami harus membersikan badan
dengan kungkum di sendangDewi Kunthi,lantas kita semua dengan satu komando oleh
Gus.. kita pun bergegas menuju Sendang Dewi Kunthi,ternyata sesampainya di
Sendang suasananya sangat mencekam tiada satu pun orang di situ, dan keadaan
begitu gelap nya , hanya lampu senter saja yang kita bawa.setelah Gus.. menanyakan
segala prasarananya kepada Mbah Gandreng karena Mbah Gandreng yang di pasrahi
menyiapkannya dan Gus..memeriksa semua prasarananya ternyata sudah komplit..dengan
Perintah Gus...dalam laku kungkum ini tidak boleh sehelai benang pun kita pakai,maaf
agak parno sedikit he..he..hee.. akan tetapi begitulah prosedurnya , karena
keadaan yang gelap gulita jadi kami tidak merasa saling malu , dan Gus
memerintahkan semua Pusaka piandel yang kita bawa juga harus ikut
kungkum...dengan begegas kita pun mengeluarkan pusakanya masing,ada yang
berbentuk Keris juga Pedang juga tongkat komando saya sendiri pakai Pusaka
Kujang Siliwangi.. yang kemaren baru
didapat dan lantas di berikan pada saya
untuk sebuah piandel seperti para santri
yang lainnya, dengan di pimpin Gus...ritual kungkum pun segera di mulai dengan
baca do’a dan mantra-mantra yang sudah kita hafal kita pun mulai memasukan
menceburkan badan kita di sendang werwerrr behbebebebeb betul –betul sangat
sejuk dan dingin sekali sampai nafas kita pun tersengal –sengal,smua orang
menggigil ggkgkgkg di selingi ketawa kecil kami bersiap-siap untuk bersemedi
mengheningkan ening ,ening, lan eling ,
untuk beberapa lama kami tidak tau hanya tunggu printah Gus...saja,karena
memang airnya sangat dingin dan benar
–benar sangat dingin kita pun harus melatih dan mengatur pernafasan kita untuk mengawal rasa dingin
kurang lebih setengah jam trasa ada yang bergerak dan berbunyi eteketeketek
erererergergerg ,karena posisiku di barisan paling depan bersama Gus..dan Habib
aku merasa terdengar bunyi eteketeketek...erererererg aku merasa sesuatu telah
datang dekat semakin dekat kurasa,terasa di belakangku dan telah menyentuh
badanku begitu halus dan lembut pada saat itu aku rasakan dan dalam hati bicara
opooiikkiii koh alus senggol-senggol pantat saya,tapi saya tetap terdiam dan
tak menghirokannya dan semakin lama suara –suara itu pun semakin menjauh,karena
pada waktu itu mataku terpejam hehe mau melihatpun tak sudi takut...
Yang saya rasakan hanya dingin dan dingin,sekitar
satu jam lebih badan sudah terasa kaku dan susah digerakan kita semua pun tidak
ada satu santri yang tidak kuat semua bertahan sampai terdengar
Gus..memerentakan cukup karena Gus sendiri ikut kita kungkum,hampir dua jam
kira-kira terdengar suara Gus...sampun cekap sampun,,seketika itu juga aku
mulai membuka kedua mataku ,setelah kami membuka mata kami melihat sesuatu dan
berbunyi seperti tadi Eeeeeh ternyata Mbah Ganreng yang kedinginan sampai
mengambang di air mutar muter sambil giginya berbunyi tektektektek karena tidak
tahan dengan dingin dan sejuk..kami semua pun tertawa-tawa tanpa berbunyi
karena jg menahan dingin dan sejuk,dan saya teringat pada saat itu yang
menyentuh belakang dan pantat saya berarti Mbah Gangreng... semua pun
terbahak-bahak dalam kedinginan yang akhirnya kita sudahi dan naik keatas tapi
sampai di atas semua santri dan Gus sendiri kayanya susah untuk berdiri dan
berjalan karena badan kita sudah kaku dan sejuk,kembali kami ketawa-ketawa
karena merasa lucu melihat sesama santrinya sama-sama susah berdiri dan
berjalan seperti Robot kurang setrumnya hehehe.....dengan susah payah
selanjutnya Gus memerintahkan untuk berdoa di Petilasannya Dewi Kunthi masuk ke
dalam petilasan untuk memakai jubah panjang yang sudah kami siapkan....di dalam
kami rasanya ingin menghangatkan badan mungkin dengan merokok bisa sedikit
menghangatkan,,eeeehhh kita kembali tertawa-tawa karena badan kita menggigil
mau hisap satu batangpun tangan kita kaya orang sakitnsetruk memegang rokokpun
jatuh-jatuh terus ada jg yang patah-patah memang benar-benar dingin dan sejuk
setelah menghabiskan satu batang rokok Gus...trus memimpin satu ritual dan doa
–doa di Dewi Kunthi...selanjutnya pemakeman Pusaka Piandel dan penyelarasan
Energi Alam ...dengan mengikuti perintah Gus...Ki joyo mempersiapkan sebuah api
bara yang sudah kami siapkan untuk membakar pusaka untuk di jadikan Pusaka
Piandel ,proses pertama barapun sudah teredia dengan bara yang menyala-nyala
Gus..menyuruh saya dekat samping nya dengan doa-do’a dan mantra pusaka kemudian
di taruh di atas bara yang menyala-nyala sampai bentuk pusakapun berbentuk
seperti bara merah menyala kemudian dengan keyakinan saya disuruh Gus.. untuk
menjalarkan lidahnya ,dengan tanpa ragu Gus..menempelkan benda Pusaka tadi
tepat di lidah apa yang ku rasa saat itu hanya seperti sentuhan air yang
dingin,walau bunyinya seperti benda terbakar Alloh Hu Akbar,setelah lidah
selanjutnya pusaka di bakar lagi sekarang Gus..menyuruh untuk di pencet-pencet
pusaka tadi dengan sama seperti pertama pusaka yang sudah di bakar
menyala-nyala untuk tiga kali berulang-ulang ,proses akhirnya selesai dengan
lancar tanpa ada gangguan..menjelang pagi proses selanjutnya penyelarasan
energi alam hanya dengan bermedi tasi ...Guspun menyuruh saya untuk menarik
satu napas satu sentuhan terasa begitu hangat saya rasakan masuk keseluruh
badan dengan bimbingan Guru saya akhirnya ritual pembersihan dan Pemakeman
sampai dapat Pusaka piandel berjalan dengan penuh hikmah .
Disini ingin ku
garis bawahi, “Janganlah kalian belajar sesuatu ilmu, apa lagi ilmu
kesepuhan kewaskitoan dlln tanpa di dampingi seorang Guru yang Mursyid, jika
kita berguru tapi tiada dampingan dari seseorang Guru yang Hakikat Ma’rifat
lagi Mursyid.. dia itu berguru pada iblis dan janganlah berputus asa untuk belajar
sesuatu sampai kamu menemukan jawabanya..waktu tak terasa sudah sekitar
jam enam pagi kami pun merasa lelah dan sedikit ngantuk karena kita pun masih
menjaga jangan sampai tidur sampai dawuh dari Gus..dengan sebentar beristirahat
sambil biasa kita semua memang kuat merokok hehehe sambil selfi selfi untuk
kenangan,semakin pagi orang-orang pun mulai berdatangan entah dari mana kami
hanya saling memberi salam pada mereka,dengan mengikuti Dawuhnya Gus...kami
para santri di perintahkan untuk kembali ke barak,dengan memeriksa semua barang
bawaan semalam terutamanya Mbah Gandreng KI Pamungkas dengan sigap mengumpulkan
dan bembereskan segala perlengkapan sedang saya bersama Ki joyo dan Habib
membersikan tempat membuang sampah –sampah kami yang sudah tidak terpakai untuk
dikumpulkan,di masuk kedalam platik kresek karena peraturan tetap kita jaga
karena setiap sampah yang berupa plastik-plastik kita akan bawa sewaktu kita
turun demi menjaga lingkungan..setelah semua sudah beres dengan menaiki sebuah
tangga-tanga bebatuan kami kembali kebarak sambil membawa jrigen air untuk
persiapan memasak karena perut kami sudah meminta jatah hehehe,selang beberapa
jam makanan dan sebuah air kopi dan menu yang menyelerakan kami semua menikmati
dengan rasa syukur .sambil bercerita tentang semalam tawa dan canda kita menghidupkan
suasana karena kita masih tugas kita harus menjaga agar mata ini tidak terpejam
apa lagi tertidur walaupun seliiuuut kata Gus...untuk menunggu selanjutnya
yaitu malam kanugrahan dimana kita pun tidak tahu ini malam atau besok malam
kita hanya mengikuti dawuhe Gus...terasa berat sudah mata ini tapi tak ada
alasan bagi kita apa pun kita tidak boleh gagal dalam misi itu tekad
kami,berjalannya waktu menunjukan jam 9malam terasa aneh saya rasakan terasa
sepi dan hening pada hal banyak orang di barak-barak tapi baru jam 9malam
seprtinya mereka terkena sirep tak ada satu pun mereka melekan, semua tertidur
pulas...dengan titah Gus...untuk
mempersiapkan segala perasana ritual kita dengan bergegas dan cepat memriksa
dan menyiapannya setelah semua kumplit ,Gus mengingatkan kita jangan sampai
tertidur kepada semua santri,dengan menggelar tiker seadanya kami mulai acara
melekan dengan tujuan semoga Alloh SWT memberi Hidayah serta Rahmatnya pada
kita semua,dengan suasana yang sangat dingin dan sejuk kami tetap semangat
donk......walau mata terasa semakin sangat berat untuk dibuka dan pandangan
sudah tidak lagi sempurna kami rasa , waktu melek tersebut semua yang kita
pandang itu selalu tampak seperti bergerak , seperti pohon,barak tiang-tiang
semuanya tampak seperti seolah-olah semua berjalan berpindah-pindah tempat
he.he.he...
Sepertinya malam semakin larut udara pun bertambah
dingin dan sejuk karena kabut tebal sudah mulai menyelimuti,mas Habib dan Ki
joyo terpaksa mencari kayu bakar untuk membuat api unggun sekedarnya dengan di
temani sedikit sisa makanan dan segelas kopi untuk bertahan jangan sampai kita
gagal dengan misi ini,kami tetap istiqomah hehehe biar di kuat-kuatno rasa
ngantuk ini sudah dalam titik yang di mana setengah kesadaran karena terasa
pandangan mata ini semakin jelas melihat hehehe mahluk astral yang menurut kami
sudah agak biasa tapi kami tak betapa menghiraukan,hanya sekali-kali melirik
ulahnya yang kadang bikin kita merinding juga ketawa hehehe..dalam suasana
begini kami semua santri tetap waspada,sekali-sekali saya di suruh Gus untuk
membakar dupa/hio untuk menambah suasana yang harum dan semoga kukuse dupa
menyampaikan doa-doa kita semua,waktu terus berjalan sekitar jam 2pagi Gus merasakan
sesuatu telah ada yang jatuh,eeh bener ternyata sebuah batu permata yang indah
berwarna merah lhaa itu kata Mbah Gandreng dan terus mengabilnya,sedikit cerita
di setiap setengah jam kami selalu di kasih bermacam-macam batu permata kadang
3 sampai 4 bersamaan jatuh dan saya pun belum berani menanyakan dari mana
datang dan jatuh permata batu-batu itu sama Gus,,waktu pun tidak terasa pagi
semakin menghampiri eeeh karena asyiknya dapat batu-batu mungkin kita tidak
terlalu merasakan ngatuk,Cuma sekitar jam 5pagi karena selalu saja ada batu
permata yang jatuh tapi kita hanya bisa merasakan tidak bisa di lihat,dengan
perintah Gus kami di suruh mewujudkannya dengan apa yang kami pelajari dan
dengan jurus kami keluarkan,tarikan nafas serta ilmu kanuragan yang Gus
ajari,,ee..iyya sekali hentakan ada yang muncul denga mendeteksi getaran lewat
tangan kami terus menemukan batu permata itu,satu sampai 4 lagi kita dapat tapi
bagi kami bukan itu yang utama kami cari karena ini hadiah eaa kami terima
dengan rasa syukur...Alkhamdulillah
Di pagi hari yang mendung dan kabut yang sedikit
tebal, Gus menitahkan kami semua untuk beristirahat karena masih satu malam
lagi menahan ngantuk kata Gus...dengan merapikan dan mambersikan tempat dan
saya tanpa di suruh untuk mengambil air yang ada di bawah di sendang untuk
masak air dan nasi karena badan semakin ngedrop hehehe saya berjalan pun
semakin terasa melayang-layang dan pandangan semakin remang –remang karena
semua merasakan kita jadi saling mengolok-olok satu sama lain karena tingkah
laku kita yang ada yang marah-marah ada yang ketawa-tawa hahaha kalau di bilang
seperti orang gak waras.Gus yang melihat tingkah laku kita hanya tertawa
–tawa,selang beberapa jam masakan kamipun sudah mateng tapi selera makan kita
semakin berkurang,karena sudah 48jam kita belum merasakan tidur,berjalannya
waktu hari pun mulai gelap dan kami semua secara bergiliran untuk pergi
membersikan badan mandi yang ada di sendang Dewi Kunthi,sekitar jam 8 ada
ketukan pintu dengan sigap Ki Pamungkas membukanya ternyata seorang yang datang
mengundang kami untuk menyekseni syukuran yang berada di Petilasan Eyang
Abiyoso
Saya Ki samber,dan Habib di Perintahkan Gus untuk
pergi,dan kami dengan sigap mengikuti titah Gus untuk pergi ikut acara syukuran
itu,sesampainya di acara syukuran saya memberi salam pada semua tamu satu
persatu kami salami karena hanya di ikuti beberapa orang saja acarapun di
mulai,awal sampai akhir dilaksanakan dengan khusu’ dan terahir do’a selamat
kami pun mulai membagi-bagikan sodakohan makanan yang sudah di persilahkan,selanjutnya
acarapun selesai kami pun bergegas balik ke barak,selang beberapa jam ada lagi
ketukan pintu eeehh...ternyata sama ada undangan syukuran lagi di tempat yang
sama Alkhamdulillah murah rezeki,dan kami pun siap untuk berangkat, acaranya
juga sama karena yang punya hajat telah di kabulkan,tapi ada yang sedikit
kebingungan dimana biasa yang membaca do’a ternyata tidak ada sampai kita
saling pandang dan saling menunjuk satu sama yang lain yang aaaaaaakhirnya saya
semampu saya membaca do’a syukur dan selamat dunia ahkerat aamiiinn.
Begitu sedikit sekelumit pengalaman dan
pembelajaran malam ini semoga saya juga selalu dalam lindunganNya
amin....sambil menikmati makanan yang tadi, kalau tempat saya bernama nasi
kepungan/kenduren,sampai akhirnya sekitar jam 12malam, kami pun siap melanjutan
ritual dengan diperintahkan Gus untuk menyiapkan segala sarana dan prasarana,setelah
kami persiapkan semuanya Gus menitahkan ini malam jangan sampai ada yang
tertidur,... hadeehh...: itu kata kami...tapi itu hanya gurauan kami,kita tetap
semangat dan semangat untuk malam terakhir,dengan titah Gus Ki samber mulai
membakar dupa/hio wangi dengan bau dan wangi harumnya hio/dupa menjadi suasana
bertambah sedikit mistik hehehe,untuk menghilangkan rasa kantuk yang begitu
berat kami untuk mengisi waktu senggang
dengan bernyanyi-nyanyi saja tiada ritual khusus dengan lagu malam terakhir
menambah sedikit hangat suasana ada juga syolawatan dan ayat-ayat Alquran yang
di bacakan Gus..terus diikuti kami semua semakin cepat waktu berlalu,apa lagi
ada selingan makan mie rebus rasa soto yang dibuatkan oleh Ki joyo dan Mbah Gandreng terasa sedikit
terbuka lebar mata ini tidak terasa pagi pun tiba..dan dengan rasa syukur
Alkhamdulillah telah kami lewati detik-detik kemenangan,dan Gus memerintahklan
segera membersikan dan membereskan semua prasarananya baru kita istirahat,dan
kami pun segera beristirahat tertidur lelap hehehe..mat bermimpi indah
eaaahhh.sekitar jam 1siang satu persatu terbangun dan kami pun tanpa di suruh
memasak nasi dan air untuk membuat kopi sambil mengobrol dan mengenang
perjalanan yang kita lalui..Gus..mengatakan bahwa hanya dengan RidhoNya selesai
juga Syukur Alkhamdulillah untuk pemakeman pra penyelerasan dan pengisian kanuragan
telah selesai dan ini hari juga kita turun dari Gunung Arjuno,begitulah
pembelajaran dan pengalaman saya, semua telah di rencanakan dengan campur
tangan Gusti Fengeran dan bimbingan Guru kami Gus Madjid/Ki Ageng Selo.
Dan
selanjutnya sekitar jam 4 sore kami semua setelah membersikan dan membereskan
semua alat-alat dan perlengkapan kami,
dan ada sedikit sisa makanan dan perbekalan makanan yang masih ada kami berikan pada para musyafir yang ada di
situ di lanjutkan dengan penutup
do’a yang di pimpin Gus,lantas kami pun
setelah usai berdo’a ,waktu itu juga melanjutkan perjalana menuruni Gunung
Arjuno dengan selamat sampai parkiran dan meminta pamit kami pun kembali
ke sidoarjo dengan selamat aamiin .dengan
rasa syukur saya pribadi ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasi bagi yang
baca artikel kami dari kisah nyata dan benar tanpa rekayasa ini. Wassalamu'alaikum Wr-Wb.
Sidoarjo
: 20:30 Wib 03 September 2016
Penulis
By : Sayyid Ahmad Sannyoto / Sayyitno
Santri Ahli “PSDMD”
Gus Madjid / Dimas Candra / Ki Ageng Selo adalah pendiri dan Guru Besar di Padepokan Suksmo Djagad Manunggal Djati, yang sudah resmi mendapatkan izin dari para Guru-guru sepuhnya seperti : Gus Kholiq Al Haj ( Ki Bagus Tondo Negoro ) Sidoarjo, Kyai Fadil ( Mbah Fadil ) Kediri, Yai Romli ( kyai Rom ) Jombang, Yai Mahfudz ( Gus Put ) Mojokerto,Kyai Mukti Kediri, KH Mudzakir, dll. Agar selalu mengamalkan seluruh pengetahuan tentang Ilmu nya maka Haruslah selalu belajar dan mengajarkan Ilmu tersebut pada santri-santrinya , tanpa harus mempunyai sifat komersil pada siapapun terutama pada santri atau para tamu ( pasien ) yang ditanganinya . Dan yang menjadi pedoman dalam masa hidupnya adalah : selalu Sabar, Pasrah, Tawakkal, Neriman, dan Loman.
Subscribe to:
Posts (Atom)