Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh... Sugeng Rahayu Sagunging dumadi salam Budaya dan salam seduluran.
mohon maaf para pembaca sekalian sengaja kami unggah artikel ini semua tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mengenang kisah-kisah perjalanan kami antara santri "PSDMD" yang jauh atau yang sa'at ini dekat pada tempat Padepokan Kami, agar bisa selalu mengenang kisah-kisah antara kami yakni kakak dan adik seperguruan selama dalam naungan di Padepokan kami yakni "PSDMD" ( Suksmo Djagad Manunggal Djati ), dan kisah dibawah ini kami alami waktu perjalanan Ritual 3 hari 3malam yang waktu itu saya atas nama : Sugianto / Dimas Syodho Ronce Dari Jombang Jawa Timur dalam artikel ini menulis kisah pengalaman kami waktu di malam pertama , yakni : Ekspedisi Ritual di Lamongan Bag I ini yang bertepatan
Pada hari kamis wage (malam jum’at kliwon) tanggal
04 Februari 2016 di lokasi yang lain
lebih tepatnya Di daerah Perbatasan Lamongan-Gersik tepatnya Pesarean Sunan
Drajat,pada hari pertama kami melakukan proses ritual, di situ ada sebuah hutan
kecil dan penduduk asli menyebutnya
yakni Alas Jaten bertepatan dekat Goa Sirowiti
kami yang beranggota kan : Alif
Fauzi/Dimas Tirto Panguripan, Sugianto/Dimas Syodho Ronce, Taufik Baihaqi/Dimas
Asto Gino, Ahmad Novi/Nur Mahmudi, Mbah Gandreng/Ki Guntur Jagat Lelono,
Sayyidno/Sayyid Ahmad Sanyoto, Syafi’/Denmas Tirto Laras Wicaksono,Wakhid/Dimas
Tirto Kusumo/Gus Wakhid, Ari/Dimas Brojo Sewu,Fatkhur Jahidin.
Sebelum berangkat ke lokasi Alas Jaten diantara
dari kami yang bernama Dimas Syodho Ronce di beri amanah oleh Mursyid
kami melalui sebuah mimpi, dan di dalam mimpi tersebut saya atas nama Dimas
Syodho Ronce bertemu dengan salah seorang pria dengan memakai pakaian putih
bersorban hitam dengan wajah yang bercahaya lantas beliau mengatakan kepada
saya “le... kowe ndang budhal(nak.. segeralah berangkat) “ karena hal
itu mempengaruhi pikiran saya, mengenai kejadian tersebut, dan agar saya tidak
bertanya-tanya lantas saya menemui salah seorang teman santri PSDMD yang
bernama Gus Wakhid/Dimas Tirto Kusumo untuk menceritakan kisah alamat
mimpi yang saya alami tersebut, setelah menceritakan kepada Gus Wakhid lantas kami berdua merenung sejenak, dan tak
lama kemudian setelah itu Gus Wakhid berkata
“laahh.. niki menawi sebuah isyaroh Mas Syodho,luwih sae nipun kito atur
aken dumateng panjenenganipun Gus Madjid selaku Mursyid kito ten Padepokan (laahh,..
ini mungkin sebuah isyarat Mas Syodho, )” setelah Gus Wakhid berbicara
seperti itu lantas saya pun menjawab “lah... niku.. amergi Gus boten wonten
dalem, sak mangke Gus taseh wonten misi ten Ponorogo, mangke menawi kito telfon
iwuh-pekewuh, keranten niki isyaroh nopo mboten luwih sae nipun yen kito rembukan
kalian poro santri ahli sedoyo(lahh.. maka dari itu.. karena Gus tidak ada di
Padepokan , Gus masih ada misi di
Ponorogo,nanti apabila kita menelfon gus malah jadi tidak karu-karuan, apabila
ini Isyaroh apakah tidak lebih baik jika kita bermusyawarah dengan semua para
santri ahli ” lalu Gus Wakhid menjawab “oh.. nggih, menawi ngoten kulo
hubungane sedoyo poro santri-santri ahli(ohh.. baiklah , apabila seperti itu
saya akan menghubungi semua para santri-santri ahli”.
Lantas Gus Wakhid terdiam sejenak karena saya
mengetahui Gus Wakhid keningnya berkeringat dalam diam tersebut, maka saya duduk
bersila lantas saya melakukan Semedi, dan waktu semedi pun berlalu lantas kita
berdua selesai. Tidak lama kemudian hp saya berdering setelah saya lihat
Alkhamdulillah ternyata yang menelfon saya adalah Dimas Brojo Sewu, setelah
telfon saya terima inilah percakapan saya dengan Dimas Brojo Sewu :
Brojo : Assalamu’alaikum
Syodho : Wa’alaikumussalam
Brojo : Ngapunten nderek tanglet (mohon maaf
saya mau bertanya)
Syodho : nggih Mas Brojo, Alhamdulillah kok
jenengan langsung telfon (iya Mas Brojo, Alhamdulillah anda Langsung
menelfon)
Brojo : Nggih.. nggih... wonten nopo... wonten
nopo... kok sajak’e kulo keraos wonten sesuatu, kinten-kinten nopo niku mas
Syodho ? (iya.. iyaa.. ada apa.. ada apa.. kok sepertinya saya merasa ada
sesuatu, kira-kira apa itu Mas Syodho)
Syodho : Ngeten lho... (Begini lho..)
Lalu
mas syodho menceritakan apa yang telah di alaminya....
Brojo : oh.. nggih mpun menawi ngoten, niki kedah
ngempal sedoyo poro santri ahli, lek ngoten kulo telfon sedoyo, mangke kulo
kengken ngempal ten griyo kulo ba’dho isya’ mawon.. (ohh.. baiklah apabila
seperti itu, jika seperti ini harus berkumpul semua para santri-santri ahli,
kalau begitu akan saya hubungi semua, nanti saya sarankan berkumpul dirumah
saya sehabis isya’)
Syodho : ohh.. nggihh.. Matur nembah nuwun mas
brojo, menawi ngoten mangke kulo kalian Gus Wakhid merapat ba’dho isya’ ( oh
baiklah, terima kasih banyak Mas Brojo , Apabila sepperti itu nanti saya dengan
Gus Wakhid akan bersama-sama menuju lokasi sehabis Isya’)
Singkat kata, kira-kira pukul 20.00 WIB kami para
santri ahli yang standby antara lain :
Sugianto/Dimas Syodho Ronce, Taufik Baihaqi/Dimas Asto Gino, Ahmad Novi/Nur
Mahmudi, Syafi’/Denmas Tirto Laras Wicaksono,Wakhid/Dimas Tirto Kusumo/Gus
Wakhid, Ari/Dimas Brojo Sewu, kami memusyawarahkan akan hal tersebut, dalam
musyawarah mencapai mufakat tersebut, Saya menceritakan perihal yang saya alami
kepada para teman santri ahli lainnya, dan ternyata teman santri lain
mendapatkan isyaroh yang sama dengan melalui cara yang sama dan ada juga yang
berbeda, semua teman santri yang saya sebutkan tadi juga merasakan sewaktu saya dengan Gus Wakhid
mengadakan interaksi batiniah itu, akan tetapi berdasarkan karena adanya
aktivitas waktu itu ada yang di perjalanan, ada pula yang masih bekerja dll. Belum
sempat memberi kabar akan hal yang seperti saya alami, Maka dari itu yang
terasa dan langsung menelfon saya adalah Dimas Brojo sewu karena
meskipun disaat bekerja beliau masih bisa meluangkan waktunya untuk memberi
kabar kepada saya.
puncak dari musyawarah itu karena di rasa oleh Dimas Brojo sewu, yang
ikut misi bersama Gus itu ada Ki Guntur Jagat Lelono/mbah gandreng, dan
Sayyid Ahmad sanyoto, maka kami pun bersepakat agar Gus Wakhid untuk
menghubungi Ki Guntur Jagat Lelono/mbah gandreng untuk menyampaikan dan
menceritakan hal tersebut kepada Mursyid kami. selang beberapa lama kemudian,
Mursyid kami menelfon salah satu diantara kami yakni Mas Astogino. lantas, di
loudspeaker lah Hp Mas Asto Gino tersebut. Singkat kata Mursyid kami berkata “Panjenengan
sedoyo ingkang sami sampun nerami sasmito meniko, sedoyo mbenjeng samio berangkat
wonten tlatah Gresik Lamongan wonten ndalem pesarean Wali Alloh Sunan Drajat(Anda
semua(para santri ahli) sekalian, sudah sama-sama mendapatkan petunjuk(isyaroh)
yang jelas, semua (Para santri ahli) besok berangkatlah bersama-sama menuju ke
daerah Gresik Lamongan di Makam WaliAlloh Sunan Drajat”,Setelah mendapat telfon dari
Mursyid kami, kami pun bergegas membagi tugas saat itu juga, Saya sendiri
bertugas untuk mempersiapkan segala
perlengkapan bumbu dapur untuk perbekalan kami di Tlatah perbatasan
antara Gresik dan Lamongan di makam Sunan Drajat, Gus wakhid/Ki Tirto Kusumo bertugas
membawa tenda, DenMas Tirto Laras Wicaksono membawa beras, Dimas brojo Sewu
bertugas membawa benda pusaka dan perlengkapan ritual. Dimas Asto Gino bertugas
membawa peralatan dapur, Nur Mahmudi bertugas membawa kopi,gula, teh dll.
Demikian pembagian tugas kami sebelum berangkat menuju lokasi.
Keesokan hari nya pada sore hari sekitar jam
16.00WIB di Padepokan, setelah berkumpul di padepokan, karena saya rasa agar
menjadi pengalam untuk adik tercinta saya yakni “Fatkhur Jahidin” saya ajak
untuk ikut serta mengikuti acara ritual di lamongan.
Lantas kita
berkumpul untuk menentukan siapa dan dengan siapa yang bergoncengan, karena
kami berangkat ke Lokasi itu dengan menaiki kendaraan bermotor, setelah terbagi
dengan siapa dan sama siapa diantara kami yang berboncengan , kebetulan saya
berboncengan dengan Adik saya sendiri, Tirto Laras berboncengan dengan Nur
Mahmudi, Gus Wakhid berkendara sendiri, Brojo Sewu berboncengan dengan Dimas
Asto.
Setelah kita berdo’a sebelum keberangkatan, lalu
kita pun bergegas berangkat menuju Lokasi, singkat cerita kitapun sampai di
tempat Pemakaman (pesarean) Wali Alloh yakni Kanjeng Sunan Derajad nama Kecil
beliau adalah Raden Qosim dan kemudian mendapat Gelar Raden Syarifudin putra
dari Kanjeng Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan masih saudara dengan Sunan Bonang ,
sebelum kita masuk berziaroh , kami
berhenti sejenak untuk rehat dan melepas lelah karena dari perjalan yang agak
jauh tersebut, yang memakan waktu perjalanan + 2 Jam ,
dikarenakan didekat Pesarean Sunan Derajad itu terdapat pula beberapa
Kedai-kedai (warung) maka kami pun memutus kan agar kita ke Kedai
tersebut untuk melepas lelah dan kamipun memesan beberapa minuman sekedar untuk
membasahi kerongkongan kami.
Seleng beberapa menit kemudian karena kami merasa
sudah cukup untuk bersantai dan melepas lelah , kamipun bersepakat untuk segera
mengambil air wudlu lantas masuk berziaroh pada pesarean Wali Alloh tersebut ,
setelah kami melakukan Tahlil dan berdzikir, lantas Saya mendapatkan salah satu
petunjuk bahwasanya agar kami bergeser menuju ke suatu tempat , dan petunjuk
saya itupun diperkuat oleh Dimas Brojo dan Gus Wakhid, maka tanpa ragu-ragu lagi kamipun segera bergeser
mencari dimana tempat yang menjadi tujuan kami dalam Isyaroh(petunjuk)
tersebut, kemudian kami keluar dari lingkungan Pesarean lantas kami menuju
kearah pedesaan, dan dalam perjalanan tersebut
kami pun bertemu dengan seseorang , sepertinya seseorang tersebut adalah
salah satu penduduk setempat, kamipun segera menghentikan perjalanan kami
lantas bertanyalah salah satu kawan kami
yakni Dimas Asto Gino pada seseorang tersebut, dengan pertanyaan seperti ini :
Dimas :
ngapunten pak nderek tanglet (mohon maaf pak, saya mau beratanya)
Penduduk :
nggeh monggo (iya, silahkan)
Dimas :
niki menawi bade lurus tembusanipun wonten pundi nggeh kinten-kinten... (jalan
ini akan menuju kemana kira-kira pak)
Penduduk :
lho njenengan niki saking pundi.. (lho anda ini berasal dari mana)
Dimas :
Ngapunten kito sedoyo niki saking Sidoarjo (maaf kita semua ini dari
Sidoarjo)
Penduduk :
nah... bade tindak pundi.. kok lintang mriki.. (nah, anda mau kemana, kok
melewati jalan ini)
Dimas : ngapunten Pak kulo wau kalian
rencang-rencang meniko saking Nderajad, terus kulo kalian poro santri meniko
diutus kalian Guru kito dikengken berangkat kearah mriko( Sembari menunjuk
kearah Jalan yang sepi tersebut), lha nopo saget nggeh kinten – kinten
diliwati...? (maaf pak, saya dan teman-teman dari pesarean Sunan Drajat,
lalu saya dan teman-teman santri diutus oleh guru kami, kita di utus berangkat
kearah sana, lah apakah kira-kira bisa untuk kami lewati?)
Penduduk :
oh ,... nggeh saget mawon ,tapi radosanipun awon, keranten radosanipun tasih
makadaman tur sepi mboten wonten kampung, amergi ten mriko meniko Alas Njaten,
menawi njenengan lintang mriko melbet terus,.... niku saget kepanggih wonten
kampung malih tapi tuwwebih... (oh, tentu saja bisa, akan tetapi jalannya
masih terjal karena masih makadaman(penuh bebatuan) dan juga sepi, tidak ada
kampung, karena di sana itu Alas Njaten,
apabila anda lewat sana, dari sini masuk luruss saja, disitu nanti bisa anda
jumpai ada kampung lagi akan tetapi jauuuuhhh... sekali )
Dimas :
oh nggeh menawi ngoten, dalem ugi rencang-rencang santri sedoyo nyuwun izin
bade lintang wonten Alas Njaten meniko. (oh, baiklah apabila seperti itu,
teman-teman santri semua meminta izin untuk memasuki Alas Njaten)
Penduduk :
oh... njeh menawi ngoten Mas... nggeh kulo mung pesen dateng sedoyoke mawon
engkang atos-atos lintang mriku ugi ten perjalananipun, lan mugi-mugi Alloh
maringi selamet tanpo halangan menopo-menopo. (oh, baiklah apabila seperti
itu Mas, saya hanya ingin berpesan untuk semua, berhati-hatilah apabila lewat
sana dan dalam perjalanan, dan smoga Alloh memberikan kesalamatan tanpa ada
halangan apa-apa)
Dimas :
Amin... njeh Pak Matur nembah nuwun njeh...? (Amin.. iya terima kasih Pak..)
Maka kamipun bergegas melanjutkan perjalanan ,
selang beberapa sa’at dalam perjalanan sebelum kami masuk Alas Njaten , ada
salah satu kawan kami memberi isyarat pada kami dengan memainkan Lampu dimnya
atau lampu jauh pada motornya dan sempat sesekali beliau membunyikan klakson
motornya lalu menancap gasnya agar lebih cepat lagi untuk mendahului saya
sambil menghidupkan lampu send nya atau riting nya ( isyarat lampu sebelum
menepi dan berhenti).
Ternyata salah satu kawan yang memberi isyarat
tersebut adalah: Gus Wakhid, tahu akan hal itu maka kamipun bergegas saling
memberi isyarat lampu send warna kuning berkedip, selang kemudian kamipun
segera menepi dan berhenti , ketika kami berhenti terjadilah suatu percakapan
kawan kami antara Gus Wakhid dengan Dimas Brojo juga Saya sendiri , dalam
percakapan tersebut :
Dimas Brojo :
wonten nopo Gus Wakhid..? (ada apa Gus Wakhid)
Gus Wakhid :
nggeh kulo imut... (ya saya teringat )
Dimas Brojo :
e’mut nopo nggeh.. (teringat perihal apa)
Gus Wakhid :
Gus kan Wonten Santri engkang wonten daerah Nderajad mriki.. ( Gus(Gus
Madjid) kan memiliki santri di daerah Sunan Drajat sini)
Dimas Brojo :
lho... nggeh wonten menopo...? ( lho, iya ada apa)
Dengan
spontan saya pun ikut menjawab karena saya pun segera ingat bahwa memang benar
, kita memiliki saudara seperguruan di daerah sini( Sunan Derajad )
Saya :
oh... nggeh leres Gus Wakhid niku (oh, iya Gus Wakhid benar)
Dimas Brojo : lho... sinten nggeh... (lho, siapa ya)
Saya :
lha Ki. Tirto Panguripan niku... (lha, Ki Tirto Panguripan itu)
Dimas Brojo : Masya Alloh.... enggeh ngapunten kulo supe... (Masya Alloh, iya
mohon maaf saya lupa)
Gus Wakhid : njeh menawi ngoten kulo tlp ne mawon... (baiklah jika
seperti itu akan saya hubungi(Via Tlp) )
Lantas
segeralah Gus Wakhid menelfon Ki.Tirto, dan syukur Alkhamdulillah Ki. Tirto
menjawab telfon, lantas Gus Wakhid menceritakan tentang kisah kami disini. Kata
Gus Wakhid kita disuruh menunggu barang sejenak, karena beliau sedang meluncur
merapat.
Maka segeralah kami mencari tempat
yang lebih layak untuk parkir berhenti sambil menunggu Ki. Tirto, selang
beberapa menit kemudian kira-kira 25 menit Ki. Tirto datang, dan segeralah kita
bergegas karena kita dikomando oleh Ki. Tirto agar untuk mengikuti beliau untuk
menuju ke suatu tempat yang diantara kami ber 7 belum pernah tahu kemana dan
dimana tempat yang kita tuju, setelah kami berjalan berkendara bersama-sama
melewati beberapa perkampungan, kemudian kitapun sampailah melewati tempat yang
menurut cerita salah seorang penduduk tadi yakni Alas Njaten, nah...disitu saya
merasakan bahwa kesunyian alam disekitar dan power cakra batiniah saya mulai
sedikit demi sedikit merasakan adanya sesuatu yang lain, dan sayapun meyakini bahwa
lokasi tersebut tidak mungkin jauh dari keberadaan kita saat itu.
Tak lama kemudian setelah saya merasakan
ada sesuatu pergesekan energi kekuatan yang lain , selang waktu kira-kira
5menit ternyata kita sudah sampai di tempat lokasi. Dan kamipun langsung mencari
tempat untuk memarkirkan kendaraan, sesudah itu kami semua yang telah dikomando
oleh Ki. Tirto baru menempati lokasi tersebut. Kemudian saya dan teman-teman
langsung menata peralatan dan perbekalan yang sudah kita bawa, selesai itu kami
istirahat sebentar sambil membuat kopi yang Alkhamdulillah teman saya yang
bernama Dimas Asto Gino yang membikinkannya dengan menggunakan air seadanya
yang kita bawa.
Kemudian kopi pun sudah jadi dan
kitapun meminumnya dan berbincang bincang santai sambil membuka amunisi yang di
bawa oleh Nur Mahmudi berupa rokok kalengan, lalu saya membagikan rokok tersebut
kepada teman-teman. Setelah itu, sambil kita santai menikmati kopi dan rokok
dalam suasana yang sepi di tengah Alas, tak lama kemudian Ki. Tirto bercerita
mengenai lokasi yang kita tempati saat ini, bahwa Ki. Tirto pernah dengar dari
cerita penduduk yang tak jauh dari lokasi, katanya di Alas Njaten ini terkenal
sungil/wingit/angker dan banyak makhluk-makhluk ghoibnya. Nah..setelah saya
mendengar cerita seperti itu, saya bilang ke Ki. Tirto bahwa memang tempat
seperti itulah yang katanya terkenal sungil yang sedang kita cari yang telah
dititahkan oleh Guru kita.
Dan setelah saya bilang demikian
teman-teman tertawa sambil bilang (leres niku)/ benar itu Dimas. Dan kenapa
saya berani bilang demikian?..bukannya saya dan teman-teman saya itu bersombong
diri, kitapun tahu dan faham bahwa kita semua itu termasuk makhluk ghoib itu
adalah cipta’an Alloh dan taiada mungkin bisa berbuat apapun tanpa adanya campur
tangan Alloh SWT, kenapa kita harus takut, karena dalam pengkajian kami yang diajarkan
oleh Mursyid kami yang bernama Gus Madjid /Ki. Ageng Selo tentang Tauhid dengan
jalan antara Syari’, Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat dan ilmu-ilmu Alloh yang ghoib itu benar
adanya, dan bukan hanya itu ilmu-ilmu yang lain tentang kasunyatan pun juga
benar adanya.
Kamipun telah meyakini dengan mutlak
bahwa ilmu Alloh itu nyata dan memang ada. Nah...karena itulah kami semua tidak
pernah takut didalam kondisi tempat yang sesungil apapun, karena saya faham
bahwa sesungguhnya manusia dan Jin itu hidupnya berdampingan dan sama-sama
beribadah kepada Alloh SWT. singkat kata setelah cerita-cerita tadi, sekitar
persis pukul 01:00 kami ber 7 yng di komando oleh Ki. Tirto berjalan
mengelilingi dan terus masuk ke Alas Njaten, tidak mempedulikan semak –semak
belukar yang menghadang sambil melihat dan merasakan suasana alam sekitar, tak
lama kemudian setelah perjalanan tiba-tiba teman kami yang bernama Nur Mahmudi
berhenti seketika, dan Dimas Brojo Sewu pun bertanya kepada Nur Mahmudi,
Brojo : wonten nopo..? (ada apa)
Mahmudi : sekedap Mas Brojo, kulo
ten mriki kok ngraosaken wonten roso seng benten njeh... ( sebentar Mas
Brojo, saya disini kok merasakan ada rasa energi yang lain ya)
Dengan jawaban seperti itu dari Nur
Mahmudi, dengan gegas Dimas Brojo Sewu dan yang lainnya langsung diam sejenak/
ngrekso alam sekitar, dan kami memutuskan untuk menggelar tikar di tempat
tersebut lalu kami menjalankan ritual di tempat itu juga, singkat cerita
setelah kami selesai ritual dan beristirahat sejenak sambil menikmati amuniasi
sambil bercerita dengan kawan kami Ki Tirto Panguripan karena sudah lama kami
tidak pernah berjumpa dengan kawan santri kami tersebut, dan adik saya Jahidin
dengan sikap penasaran lantas memberanikan diri untuk bertanya kepada Ki Tirto
Panguripan
Jahidin : Mas, ehh.. ngapunten.., Ki Tirto Panguripan (Mas,ehh..mohon maaf)
Ki Tirto : Nggih, wonten nopo dek,
oh nggih asmane jenengan sinten wau ?(Ya, ada apa dik,oh iya namamu siapa
tadi?)
Jahidin : asmo kulo jahidin Ki,
anu.. ngapunten nggih.. (nama saya
Jahidin Ki, anu..mohon maaf ya)
Ki Tirto : oh nggih.. nggih..(oh
ya..ya..)
Jahidin : kulo nderek tanglet, nopo jenengan
ngeten-ngeten niki di telfon kalean Gus ta kok jenengan semerap panggenipun,
masalahe kulo wau mirengno rencang-rencang niku wau, sanjang ten jenengan kok
ketingalane sampun semerap nggen lokasinipun,...?? (saya mohon ijin untuk
bertanya,apakah anda begini-begini itu di telefon oleh Gus kah...kok anda tahu tempatnya,karena saya tadi mendengarkan
kawan-kawan,bilang kepada anda sepertinya anda tahu betul lokasinya...?)
Ki Tirto ; lho ngge.. dospundi nggeh
kabaripun Gus ?(ohh...ya bagaimana kabarnya beliau Gus Madjid...)
Denmas
Tirto laras menanggapi pertanyaan Ki Tirto panguripan
Denmas : Alhamdulillah, kabaripun
Gus sehat-sehatke mawon Ki, malah sak mangke Gus wonten Ponorogo(Alhamdulillah
kabarnya Gus baik dan sehat-sehat saja Ki,malahan sekarang Gusnya ada di Ponorogo)
Ki Tirto : lho kalean sinten ?(lho..sama
siapa..?)
Denmas : Mbah Gandreng kalean Mas
Sayyid (sama Mbah Gandreng dan juga mas Sayyid)
Ki Tirto : lho Mas Sayyid sinten ? (lho..Mas
Sayyid siapa?)
Denmas : inggih puniko santrinipun
Gus saking Cilacap (ya..beliau juga santrinya Gus dari Cilacap)
Ki Tirto : ohh.. Nggih.. sampun
dangu ta nderek ngaos wonten “PSDMD” ? lah terus niku nopo lelaku ten dalem
nopo santri jarak jauh kok saking cilacap ? (ohh..iya kah,apakah sudah lama
ikut ngaji di “PSDMD”?lah terus beliau
lelaku di Padepokan apakah jarak jau..,kok dari cilacap?)
Denmas : Alhamdulillah Ki, rumiyen
Mas Sayyid Ahmad Sanyoto puniko santri jarak jauh, wayah Mas Sayyid merantau
wonten Negeri Jiran Malaysia lajeng sakmangke sampun nembe angsal 3 tahun kok,
kiyambek’e nyipeng wonten padepokan gantosi panjenengan Ki (Alhamdulillah
Ki..,dulunya beliau yakni.. Mas Sayyid Ahmad Sanyoto merantau dinegri Jiran Malaysia
sekarang baru saja dapat 3tahun kok..,beliau menginap di Padepokan menggantikan
posisi anda Ki..)
Ki Tirto :
Alhamdulillahhirobbil’alamin, oh... berarti rumiyen tepang Gus niku wayah
kiambak e tasih wonten Malaysia nggeh...(alhamdulillahirobil’alamin,oh..berarti
dulunya kenal Gus itu saat beliau masih
berada di malaysia ya..)
Den Mas : nggeh leres Ki (ya..benar
Ki)
Ki Tirto : nopo kepanggeh Gus ten Malaysia nopo dos
pundi niku..(apakah beliau bertemu Gus
di Malaysia apa gimana itu..)
Denmas : oh mboten Ki... niku sanjange Mas Sayyid
kiambak’e tepang Gus saking Face Book (oh..tidak Ki...itu katanya Mas Sayyid
kenalnya Gus dari face book)
Lantas
kita semua tau bahwa disitu mas jahidin masih menunggu jawaban dari Ki Tirto
Panguripan mengenai pertanyaannya tadi. Tanpa ragu lagi Dimas Asto Gino
nyeletuk sebuh ucapan kepada Ki Tirto.
Dimas Asto : Instruksi Ki..
Ki Tirto : Nggih Dimas(ya..Dimas)
Dimas Asto, Ngapunten niki loh
mesakke si Jahidin nenggo jawabanipun panjenengan dalem tingali ket wau,
ketingalane kados galau ngoten, wah nek mboten di jawab saget-saget nelas aken
tandurane tiang mangke, (mohon maaf Ki ini lho..kasian si Jahidin nunggu
jawaban anda Ki..saya lihat dari tadi kelihatanya sepertinya galau begitu,wah..kalau
tidak di jawab bisa-bisa menghabiskan tanaman orang nanti) Serentak para santri
tertawa terbahak-bahak, karena ucapan Dimas Asto Gino tadi dan ada salah satu
santri berkata nggih, niki kudu di genahaken, ben orah mumet sirahe (ya..ini
harus di jelaskan,biar tidak pening kepalanya)
Ki Tirto : oh nggih ngapunten Mas
Jahidin, Adekku Sing ganteng dewe..,!!! oh... mboten kok, kulo mboten nate di
sanjangi utawi di kabari Gus Madjid mengenai panjenengan sedoyo ten mriki,
namung lahh.... niki sing kulo tunggu-tunggu, keranten sak derenge panjenengan
sami mriki? kulo kiyambek nate Ngipi. (oh ya..mohon maaf Mas Jahidin,Adiku
yang paling ganteng sendiri...,!!!oh..tidak kok,saya tidak pernah di beritahu
atau mendapat kabar dari Gus Madjid akan adanya kalian semua disini,akan tetapi
lhaa..ini saya tunggu-tunggu,karena sebelum kalian semua datang kesini?saya
sendiri pernah mengalami mimpi ) di dalam mimpi tersebut saya didatangi
seorang kakek yang berjubah putih dan bersorban hitam, saya tidak kenal kakek
tersebut dalam mimpi itu, akan tetapi, yang menjadi terngiang dalam benak saya
sejak mimpi itu adalah ucapannya kakek tersebut, Kakek tersebut berkata kepada
saya di dalam mimpi bahwa nanti akan ada tamu beberapa orang dan kamu langsung
antarkan mereka ketempat sambil berkata jari telunjuknya sang kakek itu sambil
menunjuk ke arah sebelah kanan saya, dan setelah saya menengok ke arah yang di
tunjuk oleh kakek tersebut, seketika itu saya melihat sebuah tempat dan tempat
itu saya rasa tidak asing menurut saya, dalam mimpi tersebut sayapun belum
sempat mengucapkan sepatah katapun waktu mimpi tersebut, lantas saya tersentak
kaget dan bangun dari tidur tersebut, Setelah bangun tidur saya melihat kearah jarum
jam yang menempel di dinding eh...waktu
itu masih pukul 01:30 Wib karena saya rasa masih petang... maka sayapun berniat
kembali tidur lagi.
selang
sebelum saya tidur kembali, sa’at itu
saya tau-tau teringat kejadian mimpi yang saya alami barusan pada waktu itu
prihal mimpi saya tadi, saya sambil
mengingat-ingat, setelah saya ingat betul kejadian mimpi yang saya alami itu
lalu saya catatlah diatas kertas yang pasti tidak jauh-jauh dari tempat tidur
saya itu he.he.he... maklum... terbiasa dulu waktu menjalani ngasuh kaweruh
sa’at di Padepokan sama Gus... agar jika ada sesuatu penyampaian ma’unah
melalui Nur itu saya tidak lupa waktu ke’esokan harinya...
sejak sa’at kejadian saya mendapatkan Isyaroh
melalui cara Nur itulah maka sejak sa’at
itupun setiap hari saya terngiang oleh siapakah sesungguhnya sosok Kakek
tersebut dan kenapa kakek itu mengatakan
hal tersebut tsb didalam mimpi saya...?, dan dalam hati saya siapa kah yang di
maksud oleh Kakek itu dengan kata : Bahwa akan datang tamu tersebut.selang
beberapa hari saya terus diliputi pertanyaan akan alamat mimpi saya tersebut ,
dan puncaknya tadi... sewaktu selepas saya sholat isyak terus berdzikir hingga
usai , lantas sayapun pergi kedepan duduk-duduk diteras rumah seperti biasanya,
Subhanalloh...tadi tau-tau ada telfon
dan saya ambillah Hp saya ,dan saya lihat ternyata yang tlp saya keluar nama si
penelpon dari Gus Wakhid maka
bergegaslah saya angkat mana tahu ada sesuatu , setelah saya terima tlp
tersebut lalu kita bercakap-cakap tentang kabar bla..bla...bla... hingga yang
intinya Gus Wakhid meminta tolong kepada saya agar Gus wakhid dan teman-teman
santri dari “PSDMD” di antarkan ke suatu tempat.
Nah didalam
percakapan saya tadi, saya sambil berfikir, di dalam saya berfikir tersebut
maka saya langsung teringat akan alamat mimpi saya itu, dan saya pun meyakini
akan hal itu, ohh mungkin ini yang di maksud, lalu tanpa berpikir panjang lebar, sayapun langsung meluncur menemui
panjenengan semua.
Setelah kami berbicara panjang
lebar, tersentak kami semua terkejut tiba-tiba ada salah satu sesosok makhluk
yang terbang, lantas hinggap tepat di tengah-tengah kami semua berkumpul,
karena melihat kejadian itu kamipun para santri ahli tetap tabah dan menenang
kan diri, karena keadaan yang gelap gulita pada waktu itu, akan tetapi adik
saya Jahidin karena di situ sempat kaget juga maka adik saya pun melompat dan
berteriak-teriak lantas lari tunggang-langgang, di saat melompat tersebut adik
saya pun menyebut dengan kalimat “ Astaghfirullohhal’adhim”, dan disaat itu lah
agak terjadi ketegangan diantara kita dan saling bertanya-tanya, makhluk apakah
gerangan yang ada di depan kita ini, karena kami takut akan keselamatan adik
saya yang lari kocar-kacir tunggang-langgang tak tentu arah tadi, maka Gus
Wakhid pun memanggil adik saya itu, karena adik saya tidak menghiraukan
panggilan Gus Wakhid dan tidak mau berhenti berlari , akhirnya Gus Wakhid pun
dengan sigap memutuskan untuk mengejar adik saya .
Disaat Gus Wakhid mengejar kita
berenam tetap berusaha untuk tenang dan lantas Dimas Brojo Sewu berkata (opo
iki.. opo ikii.. ono opo iki..) dan
semua pun seperti serentak menjawab dengan kalimat yang sama, selang beberapa
saat kemudian Ki Tirto Panguripan berkata (ojo gemeter, Ojo wedi, kuwi
koyone sosok binatang tapi entah binatang apa, tolong jangan di pegang dulu ) lantas Ki Tirto Panguripan mengambil sebuah
lampu penerangan/Senter, lalu ia berkata (cobi sentere kulo nyalaaken
nanging kulo dep aken sorote wonten arah lintu, supados kewan kuwi ora wedi,
mangke bias ngandap saking senter iku ayo ditingali kuwi kewan opo)(Coba
senternya saya nyalakan akan tetapi akan saya hadapkan sorotannya ke arah lain,
agar hewan itu tidak takut, nanti bias cahaya dari senter itu ayo kita lihat
hewan apakah itu ) saya pun menjawab
(nggih.. nggih.. nggih..)(iya.. iya,. Iya..) seketika itu juga Ki Tirto menyalakan senter
tersebut dan di hadapkan ke arah lain, dan disitulah kami semua baru bisa
melihat walau agak remang terlihat namun tampak jelas sosok makhluk apakah
gerangan yang ada didepan saya tersebut.
Subhanalloh... ternyata yang ada di
depan saya dan kami semua itu adalah seekor burung !! akan tetapi kami waktu itu belum memahami
burung apakah itu maka sedikit demi sedikit senterpun di geser arah sorot nya
ke tempat burung tersebut. Nah disitu kami baru tahu ternyata burung tersebut
kira-kira tubuhnya sebesar bungkus rokok yang berisi 12 batang, lantas saya pun
memohon izin kepada kakak seperguruan tertua kami yang ada disitu yakni Ki Tirto
sendiri, untuk mengambil burung tersebut, lantas Ki Tirto mengizinkan saya
untuk mengambil burung tersebut, seketika itu juga perlahan-lahan seekor burung
tersebut saya ambil ditengah alas duduk kami (tikar) yang kebetulan waktu itu
sayalah yang paling dekat dengan burung tersebut, akan tetapi anehnya saat itu
disaat saya mengambil burung tersebut kok burung tersebut seperti telah jinak
dan tidak seperti burung liar pada umumnya, setelah saya pegang lalu kita
teliti bersama-sama ternyata itu adalah burung perkutut, lantas burung tersebut kita bawa.
Selang kemudian Gus Wakhid datang dengan adik saya,
dan saya berkata (lapo kok mbelayu dek..., wong gak onok opo-opo kok
mbelayu)(kenapa kok lari dik, tidak ada apa-apa kok lari)lantas menjawablah adik saya Sambil nafasnya ter engah-engah
seolah orang kena penyakit asma akut: ( heh,,,heh,,,heh,,,, eng...enggak,
nggak mas, ma,ma,mau iku.... aku...ak,,,,aku ketok onok koyok uwong, tapi gedhe....
terus men....men...meloncot.. eh....mencolot eh ... nabrak Denmas Tir,,,Tir....Tirto...,
lah terus aku kaget terus mencolot, soale ngerti lek menungso iku gak mungkin onok sing gedene sak,sak,,,,sak
munu, mangkane aku melayu, saiki wonge nang ndi ?)( heh.. hehh.. hehh
ti..tidak, tidak kak. Ta ta tadi itu. Sa sa saya, melihat ada seperti orang ,
tapi besar, lalu mel.. mel.. meloncot... ehh meloncat, menabrak Denmas Tir..
Tirr.. Tirto, lah lalu saya kaget lalu meloncat, karena tau kalau manusia itu
tidak mungkin ada yang besarnya se.. se,,. Segitu, makanya saya berlari,
sekarang orang nya dimana ?)
Seketika
itu tertawalah kawan-kawan para santri semua karena mendengar ucapan dari adik
saya tadi yang terdengar susunan dan
eja’an katanya yang berhamburan tersebut , lalu sayapun menjawabnya:
Saya
(Dimas Syodo) :nang ndi onok wong
gede.... (dimana ada orang besar) la wong tadi itu yang nabrak Tirto ini
sembari saya menyodorkan burung perkutut itu pada adik saya
kata
adik saya, : opo iku
Mas....? (apa itu Mas...)
saya
menjawab : iki? yo manuk
ngene lo dek..(ini? ya... burung gini lo dek...)
adik
saya : lho man,,,man..,,manuk’e
sopo.. eh... manuk opo iku ?(lho burung apa itu)
Saya : manuk perkutut(burung perkutut)
Adik saya :
oleh endi manuk kutut Mas...?(dapat dari mana burung perkutut itu Mas...?)
saya pun menjawab : Lho.... yo sing teko nabrak DenMas Tirto, terus menclok nang
ngarep kene mau...(lho...
ya yang datang lalu menabrak DenMas Tirto terus hinggap didepan kita tadi...)
adik saya bertanya : lha nang
ndi lho wong sing guwede mau.... ?( lha kemana orang yang besar tadi..)
sayapun menjawab : ya gak ada... , yang ada hanya ini yang bikin kaget tadi,
adik saya pun tidak langsung mempercayai akan hal tersebut, lantas
diterangkanlah oleh Dimas Brojo Sewu kepada adik saya agar ia tidak gusar dan
agar hilang rasa takutnya tadi, setelah panjang lebar Dimas Brojo memberi
pengarahan pada adik saya, maka adik saya pun sudah agak sedikit tenang dan
tidak seperti tadi waktu sebelum diberi wejangan oleh Dimas Brojo.
Setelah itu kami semua meneruskan
kembali di lokasi dimana kami menggelar tikar tadi “dan membawa burung perkutut itu untuk kita
ikut sertakan dalam proses ritual kami, karena menurut kami burung ini
menginginkan tuan atau ikut beserta kita
, sejak sa’at itulah maka burung perkutut tersebut kita ikut sertakan
atau kita bawa mungkin ada lagi menuju ke Lokasi yang lain nantinya, malam
semakin larut dan udara dingin pun tampak seolah menyapa kita, tidak lama
kemudian kita bergeser tidak jauh dari lokasi pertama tadi yang menurut kami
tempat tersebut lebih layak jika dipakai untuk proses ritual dengan tanah yang
lebih datar , dan tempat itu sih tidak ada yang aneh jika dipandang secara mata
dhohir, hanya tepat disekitar itu ada salah satu pohon yang menjulang tinggi ,
akan tetapi pohon tersebut sama sekali tidak ditumbuhi dedaunan seperti
pohon-pohon yang lain pada umumnya, sedangkan sa’at itu adalah musim semi atau
musim penghujan, disekitar yang lain kira-kira berjarak dari pohon yang kering
tersebut + 50 meter
ada pohon-pohon yang lain berderet sama besarnya dengan pohon yang kering
tersebut, dan pohon yang lain itu semua tampak rimbun rindang nan hijau berseri
jika di sorot pakai lampu senter , dalam benak saya entah ada apa dengan pohon
yang besar dan kering itu , apakah sudah
mati , atau sengaja dimatikan oleh penduduk setempat, yah... tak tau lah...
penasaran dengan pohon kering tersebut saya putuskan untuk melihatnya esok hari
nanti jika sudah tampak matahari bersinar , agar lebih jelas untuk mengetahui
apa yang terjadi pada pohon tersebut.
Selang beberapa saat kemudian
kamipun bersiap menggelar suatu ritual disitu dengan berdzikir,tak lama kemudian
disusul dengan do’a penutup , dan kebetulan waktu pembacaan do’a tersebut oleh
kawan-kawan santri diserahkan pada saya, lantas sayapun membaca do’a penutup
tersebut , setelah selesai berdo’a kamipun meneruskan dengan semedi , hingga tak terasa kami
bangkit dari semedi tersebut kurang lebih pukul 03:35 Wib.
Karena kita pada waktu menjelang berangkat berniat
Ngebleng atau laku tidak tidur maka, kamipun semua saling bercerita sambil
menunggu waktu Sholat subuh, singkat kata setelah selesai ibadah Sholat subuh
kami masing-masing mencari kesibukan agar jangan sampai lengah dan tertidur,
karena biasanya pada jam-jam segitulah menjelang matahari terbit mata ini tidak
bisa untuk diajak berkompromi, ada yang bercanda gurau ada yang berjalan entah
kemana tujuannya , ya.....ch.. macem-macem dech.. yang penting team kita ini
semua jangan sampai ada yang lengah dan tertidur , kecuali Ki Tirto dengan Adik
saya sendiri Jaidin.
Selang kemudian tampaklah terang benderang dengan
disertai udara pagi yang begitu menyejukkan indah dan asri seluruh keliling
kupandang, lantas teringatlah aku tentang sebuah pohon yang kering tadi, betapa
terkejutnya aku waktu memandang keatas pohon kering tersebut karena saya memandang sebuah fenomena yang
luar biasa menurut saya , kenapa tidak,,, pohon yang kering kerontang seperti
itu setelah terlihat tampaklah ada kerumunan bagaikan dedaunan dan buah –buahan
yang begitu menggoda, selang kupandangi karena ada yang aneh..? waktu itu
terlihat yang layaknya daun dan buah kok bisa berpindah-pindah tempat semakin
penasaran maka kuhampiri dan terus kudekati setelah dekat tepat posisi saya di
bawah pohon tersebut Subhanalloh.... barulah terlihat jelas dalam pandangan
saya itu , ternyata yang tadi tampak seperti dedaunan yang rindang dan buah-buahan
bergelantungan ternyata adalah burung yang bermacam-macam jenis dan berkoloni
yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan bahkan ribuan yang berbeda jenis
masing-masing hingga terlihat seperti daun yang rindang dan bua-buahan yang
menghiurkan itu.
Setelah aku pandangi ternyata tampak jelas
terlihat disitu ada sekumpulan burung
antara lain : Derkuku/tekukur, ada sekumpulan Perkutut, ada burung Kutilang ,
ada Terucukan ada burung pipit dan peking, burung kemladean, burung prenjak ,
ada cendet, ada juga seriti dan dadali, dan lain sebagainya , tidak lupa juga
ada beberapa burung elang yang terbang berputar-putar terus mengelilingi pohon
tersebut, entah kapan datangnya dan kapan hinggapnya beraneka ragam
burung-burung tersebut kami semuapun tidak mengetahui akan hal itu, seolah
semua ikut menyampaikan sebuah pesan,lantas saya menyebut Subkhanalloh....
begitu Agungnya kebesaranMu... engkau perlihat kan begitu ragam ciptaanMu
padaku hingga tak sanggup aku untuk berpaling dariMu.
Seketika itu juga disaksikan pula oleh para
Santri-santri yang lain tentang fenomena itu, tetapi sayangnya kamipun hingga
lupa tidak memotret nya untuk mengabadikannya hal fenomenal tersebut selang
beberapa sa’at kemudian semua burung-burung yang hinggap itu lantas beranjak
saling meninggal kan pohon kering tersebut.
Karena saling takjub dengan hal tersebut , maka
kamipun sedikit-demi sedikit beranjak bergeser merapat pada pohon tempat dimana
ada fenomena itu, kami teliti secara detil pohon itu hingga ranting yang ada pada pohon itu,
ternyata waktu kita ambil kulit pohon tersebut sedikit ternyata dibagaian dalam
kulit pohon yang kami ambil itu masihlah basah dan bergetah, dan ini menandakan
bahwa pohon tersebut masih hidup seperti pohon-pohon yang lainnya Maha suci
Alloh... tiada sesuatu apapun yang tidak mungkin bagiMu dan tiada tempat dan
barang sekecil apapun yang lepas luput dari pandanganMu , ini menandakan bahwa
sehina apapun kita, sejelek apapun kita , sebaik-baiknya kita itu haruslah bisa
bermanfa’at buat sesama cipta’anNya. Kamipun juga langsung teringat akan
petuah-petuah dari Guru besar yang juga Mursyid kami disa’at beliau memberi
wejanga-wejangan sa’at mengaji dan mengkaji di Padepokan.
Setelah itu kamipun teringat akan burung Perkutut
yang kita bawah tadi yang dalam emergenci kita masukkan dalam botol plastik
yang sudah kita berikan lobang-lobang kecil agar burung tersebut bisa bernafas
, lantas tanpa dikomando saya dan semuanya bergegas kembali pada posisi dimana
digelarnya alas tikar kami dan bersama-samapun menghampiri burung perkutut yang
ikut serta dalam perjalanan tadi, dan setelah kita pandangi lantas saya
ambillah burung tersebut lalu saya keluarkan melalui samping botol plastik yang
tadi sudah di bedah agar untuk bisa dimasukkannya burung perkutut tersebut ke
dalam botol plastik. Lantas kamipun meneliti burung perkutut yang kita bawa,
ternnyata memang ada yang berbeda dengan burung perkutut pada umumnya ujar
Dimas Brojo Sewu bahwasanya burung yang kita bawa ini memiliki bulu kalung
sambung dan melingkar di leher, dan saya pun pernah dengar bahwa burung yang
punya corak sambung dan melingkar dileher,
itu ada yang menyebutnya Daringan kebak dan ada pula yang menyebutnya kalung
tepung atau kemben yang katanya orang-orang ... burung itu terkenal dengan
burung punden.
Dan burung tersebut sangatlah
langkah , banyak dicari oleh orang-orang di sekitar dan dimanapun, entah karena
apa?, kami semua belum begitu faham. Yang penting burung perkutut tersebut kita
bawa pulang dan kita pelihara di Padepokan kami, buat kenang – kenangan.
Demikian sekelumit kisah yang bisa
saya ceritakan buat sebuah kenangan kami waktu menjalani proses penggemblengan
penggodogkan kita di “PSDMD” dan mohon ma’af sebesar besarnya kepada para
pembaca sekalian karena sebetulnya waktu kami ritual di Alas Njaten itu adalah
menempuh 3 hari 3 malam , jika saya tulis kisah yang detil setiap harinya maka,
teramat banyaklah kenangan suka duka waktu kami disana , belum lagi disa’at
ritual di gelar waktu itu langsung segera turun hujan yang begitu derasnya ,
juga belum lagi kami mendapat kenang-kenangan sesuatu dari mahluq gho’ib di
alam sekitar dll, semua itu belum sempat saya tulis dalam catatanku ini .
Dan
semoga sebagian dari seklumit kisah yang saya catat ini, menjadikan suatu ajang
motivasi kita dan para pembaca artikel sekalian , agar terus menanamkan iman
pada Diri pribadi kita, sehingga agar betul-betul memahami bahwa segala sesuatu
itu bisa terjadi hanya dengan campur tangan Alloh SWT, sebab jika tanpa kita
meyakini akan adanya campur tangan Alloh , maka musnahlah Tauhid kita, jika
Musnah Tauhid maka rusaklah Iman kita, jika sudah rusaknya Iman kita, maka
bengkok lah arah tujuan kita, jika sudah bengkok arah tujuan kita , maka tidak
berpedoman lah kita, jika tiada pedoman diri kita , maka Kafirlah kita jika
sudah kafir diri kita maka, angkara murkalah batiniah kita, jika angkara dalam
batiniah kita, maka gelaplah mata kita jika sudah gelap mata kita maka tak
mampu lagi untuk memilih bagi kita antara mana yang Hak dan mana yang Batil,
jika sudah begitu maka Adzablah kita , jika sudah Adzab kita maka tertutuplah
pintu hidayah bagi kita, jika sudah tertutup pintu hidayah bagi kita dan
kitapun tidak mau untuk kembali kejalan yang lurus dan benar maka, Jahannam lah
yang menanti kita WALLOHU A’LAM BISSOWAB.
Wassalam...... Salam Budaya dan terimakasih sudah membaca atau mengikuti Artikel kami pada Link psdmd.blogspot.com
Penulis By : Dimas Syhodo Ronce dan Santri "PSDMD" Pra penyelarasan 7 Santri Ahli.