Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh... Sugeng Rahayu Sagunging
dumadi salam Budaya dan salam seduluran.
Mohon maaf para pembaca sekalian sengaja kami unggah artikel ini
semua tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk mengenang kisah-kisah
perjalanan kami antara santri "PSDMD" yang jauh atau yang sa'at
ini dekat pada tempat Padepokan Kami, agar bisa selalu mengenang
kisah-kisah antara kami yakni kakak dan adik seperguruan selama dalam naungan
di Padepokan kami yakni "PSDMD" ( Suksmo Djagad Manunggal Djati ),
dan kisah dibawah ini kami alami waktu perjalanan Ritual 7 hari 7 malam
yang waktu itu saya atas nama : Tintus Suhardinata
/ Ki Slampar Edan Dari Nganjuk Jawa Timur dalam artikel ini menulis kisah pengalaman kami waktu di malam 1 Suro Pada hari kamis kliwon (malam jum’at legi) tanggal 24 Oktober 2014 , yakni : Ekspedisi Ritual di Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur.
Pada hari kamis kliwon
(malam jum’at legi) tanggal 24 Oktober 2014 yang tepatnya pada malam 1 Suro di lokasi
daerah Banyuwangi tepatnya di Alas Purwo yang terkenal dengan hutan yang wingit
atau angker, adapun nama-nama santri PSDMD pada rombongan adalah:
1.
Guru besar ( Gus Majid )
2.
Saya sendiri ( Ki Slampar Edan )
3.
Ki Guntur Jagad Lelono
4.
Ki Samber Sukmo
Pada
hari pertama kami merencakan untuk masuk pintu gerbang Alas Purwo harus pas
pada saat waktu menjelang magrib,itupun petunjuk dari guru kami yaitu Gus
Majid/Ki Ageng Selo. Setelah melewati rimbunan pohon yang rindang dan gelapnya
hutan menjadi lebih kuat suasana seram di Alas Purwo. Perjalanan panjang pun
telah kita lalui dan akhirnya tiba pula d tempat parkir Alas Purwo, dan sesampainya
di tempat parkir kami pun memilih untuk istirahat d bawah pohon besar, perut
kami berempat pun keroncongan dan tidak bisa diajak kompromi lagi, kompor
darurat pun akhirnya terpaksa kami keluarkan untuk mengatasi masalah perut,
rombongan pun akhirnya untuk memilih membuka bekal yang kami bawa dari rumah yaitu
ikan Ayam kukus yang rencana untuk di makan d tempat tujuan pertama, dan
akhirnya bungkus ayampun di buka dan ternyataaaaaa......apa
yang terjadi?? Ayam kukuspun sudah terdapat arek arek suroboyo yg ngikut d ayam
tersebut Alias Set atau Belatung yang baru lahir, mau tidak mau dan dari pada
mubadir di buang rombongan pun memilih
untuk di cuci dan dimasak ato digoreng, awalpun kami enggan untuk menyantap
ikan tersebut dan dengan Bismillah ridho alloh perut kamipun kebal dengan semua
itu.
Setelah istirahat
selesai, rombongan pun meneruskan perjalanan ritual dengan tujuan di Goa Istana
yang tepatnya berjarak 2 KM dari tempat parkiran, kamipun berjalan menyusuri
jalan setapak yang dikanan kirinya penuh dengan pohon2 besar. Setengah perjalan
telah kami lewati dan rombongan sepakat istirahat sejenak untuk ambil rokok
sebatang,,hehe maklum sudah kecut rasa mulutnya. Istirahatpun selesai,
rombongan pun melanjutkan perjalanan religinya ke tempat tujuan. Dan alhamdulillah
dengan Ridlo Alloh kamipun sampai di temapat tujuan yaitu di Goa Istana,
sesampainya rombonganpun langsung ritual kungkum di salah satu sendang yakni
tempat petilasan Syeh Siti Jenar. Setelah ritual selesai kami pun mendirikan
tenda di tengah hutan bambu yang rindang. Setelah tenda berdiri kamipun mencari
dahan dan ranting untuk api unggun, setelah itu kompor darurat di keluarkan
dari tas untuk memasak air untuk ngopi, malampun semakin larut dan tidak terasa
kabutpun mulai turun karena rombongan kami bersepakat untuk ngebleng (tidak
tidur) hingga 3 hari 3 malam,agar untuk menghilangkan rasa kantuk kami gunakan
untuk aktivitas seperti contohne, bernyanyi langgam jowo, ada yang nggoreng
kerupuk, ada yang meneliti pamor keris yang dibawa nya menjelang ritual
berikutnya, dan tidak terasa fajarpun mulai menjemput pagi, gelap pun berganti
terang.
Kami semakin terasa mata kami
untuk di buka karena wajar, karena matahari sudah muncul, akan tetapi kami para
rombongan karena bersepakat untuk meneruskan laku melek maka kami harus tetap
terjaga dalam kondisi apapun dan tidak boleh lengah, maka kami memutuskan pada
waktu itu agar badan fresh kembali, kami melakukan mandi dan kungkum di sendang
yang saya ceritakan di atas, setelah kegiatan tersebut selesai waktu pun kami
buat untuk bersenda gurau atau bersantai dan menikamati dingin nya udara pagi
di alas yang asri tersebut, selang beberapa saat kemudian ada sekumpulan hewan
berupa monyet/kera berkumpul tepat di atas pohon sekitar tenda kami,
seakan-akan mereka menyambut kedatangan kami, akan tetapi aneh tapi nyata
segerombolan hewan tersebut seolah ingin menyampaikan sesuatu kepada kami,
karena kami saling penasaran lantas kami bertanya pada guru besar yang membimbing
kami akan tetapi, guru besar kami berkata lah ngono kae sing paham Ki
Slampar Edan, cobi jenengan tangletke kalean Ki Slampar Edan yakni (saya
sendiri). Karena guru yang mengatakan seperti itu maka sayapun bergegas
ngerekso ning waskito, didalam saya ngerekso tersebut dalam pandangan mata batin
saya, mengatakan bahwa pimpinan hewan tersebut menyampaikan selamat datang
kepada para rombongan, lantas disitu ada salah satuyang tampak dalam ppandangan
mata batiniah saya, seekor kera putih yang ada mahkota diatas kepalanya ,
beliau berkata Ngger mangke dalu geser teng parang ireng dan saya pun
menjawab Sendiko dawuh seketika
itu kami di berikan kenang-kenangan yakni sebuah batu berwarna biru, entah apa
namanya batu tersebut, akan tetapi saya disuruh mengambilnya ditengah-tengah
pohon bambu tepatnya di bambu yang melengkung diatas tenda kami,setelah Kera
putih menucapkan hal tersebut lantas seketika itu pula rombongan kera putih
tersebut hilang dari pandangan mata batiniah saya, setelah itu saya membuka
mata saya lantas mengatakan akan kejadian yang saya alami kepada mursyid saya,
sembari saya mengatakan yang saya alami tersebut kepada mursyod saya segerombolan
kera yang tampak mata tersebut berangsur-angsur pergi dari pandangan mata kami,
entah pergi kemana saya tidak tahu .
Setelah saya menyampaikan hal tersebut kepada guru saya maka guru saya
menjawab lah nek ancene mekaten,
nggih pun jenengan pundhut mawon, karena saya kebingungan di Pundut dimana??,
belum sempat saya tanyakan pada guru saya, Gus pun menjawab Pun jenengan
penek mawon ( sudah kamu panjat saja). Seketika itu juga saya memanjat
pohon bambu yang melengkung tadi, dan akhirnya
setelah saya sampai kira-kira 4 meter dari tanah saya masih kebingungan
untuk mencarinya, lantas saya bertanya kepada Gus, Ten pundi Gus, Gus
menjawab ten sebelah kaki jenengan,
disitu pun batu tersebut juga tidak ditemukan, lantas Gus berkata kepada salah
satu rombongan yakni Ki Guntur Jagat Lelono/Mbah Gandreng, Mbah Ki slampar
sampean uncali sangkur, kersane dhamel motong bambune, lantas Mbah gandreng
pun memberikan sebilah sangkur kepada saya,dan saya pun menerima sangkur tersebut,
akhirnya bambu tersebut saya potong belum sempat terpotong sepenuhnya
maka tampaklah suatu yang lain pada bambu tersebut yakkni tepat di
tengah-tengah rongga bambu, memang benar saya temukan ada batu sebesar ujung
jari kelingking.
Setelah itu saya turun dan memperlihatkan apa yang saya temukan tersebut
kepada Gus dan kawan-kawan, ujar Gus, Nggih di agem mawon, waktupun
berlalu hingga mataharipun tampak tepat di atas kepala kita, karena kita sudah
waktunya untuk makan, maka kita sepakat untuk menanak nasi, sambil menunggu
matangnya nasi kita saling beraktifitas berbeda, untuk menghilangkan rasa
kantuk yang berat, disela-sela aktifitas tersebut, saya menyaksikan hal yang
aneh pada batu tersebut, yakni ada getaran-getaran tertentu pada batu tersebut,
karena saya penasaran, saya ambillah batu tersebut lantas entah kenapa di hati
saya seolah ada yang menyuruh untuk meletakkan batu tersebut di atas batu cincin
yang saya pakai, dan tiba-tiba batu tersebut memutar dengan tersendiri nya,
karena semakin penasaran saya mencoba untuk memerintahkan batu tersebut, apakah
mau berputar atau berhenti berputar atas perintah saya, dan ternyata
Subhanallah dengan seizin alloh dia menuruti perintah saya, karena saya tau
keadaan begitu lantas saya meberitahukan kepada teman saya, pertama kepada Ki
samber Sukmo Jagat Pamungkas, setelah saya ceritakan apa yang terjadi tadi,
seketika itu Ki samber meminta untuk membuktikannya, dan saya pun berkata coba
jenengan perintah Ki..., walhasil batu tersebut tidak mau di perintah
selain saya.
Dan tidak terasa pun nasi sudah matang dan kamipun menikmati makan dengan
rasa syukur, dan rombongan pun bergeser pindah tempat ke parang ireng yang
sesuai dengan isyaroh yang saya terima tadi, karena semakin sore kamipun
berkemas untuk meninggalkan lokasi goa istana menuju parang ireng, dalam perjalanan
kamipun di sambut berbagai macam hewan seperti, burung yang panjang sayapnya
lebih dari 3 Meter, dan kepakan sayapnya pun dari 50 meter terdengar hingga ke
telinga kami, entah burung apa nama dan jenisnya, selang beberapa saat
rombongan pun bertemu dengan sebuah pohon Palem yang diatasnya tumbuh lagi
pohon kapuk/kapas (Randu) dan anehnya lagi Subhanallah, yang tampak pada
rombongan kami pohon tersebut di beberapa salah satu dahannya berbentuk lafadz “ALLOH”,
lantas kami ingin mengabadikannya akan tetapi ujar Gus “Jangan, itu tidak
mungkin bisa difoto” ujar Gus lagi “ karena kita semua ini sekarang ada di separuh
bagian alam lain.,perjalanan pun kami lanjutkan dengan penuh hati-hati dan
tetap terjaga, selang beberapa langkah rombonganpun menemui segerombolan hewan Kijang
dan anehnya yang nampak oleh mata rombongan ada yang besarnya melebihi besarnya
sapi dewasa, menurut saya mungkin salah satu pemimpinnya, yang mempunyai ciri,
mempunyai belang putih di lehernya, kamipun berlalu akan tetapi sebelum kami
melewati segerombolan kijang tersebut, seketika itu seluruhnya menundukkan
kepala seperti memeberi salam kepada kita. Akan tetapi lantas kijang yang
paling besar mendekati kepada kami karena kami tau hewan tersebut kamanungsan
maka kamipun berhenti sejenak dalam hati saya mungkin kita disuruh Gus untuk
berhenti biar hewan tersebut lewat untuk memotong jalan kami, akan tetapi apa
yang terjadi berhenti dipinggir jalan setapak yang akan kita lewati seraya
menganggukkan kepala, lalu tertunduk, setelah itu Gus menyuruh rombongan untuk
melanjutkan perjalanan.
Singkat kata kami telah sampai di tempat tujuan yaitu parang ireng, stelah
itu rombongan langsung menuju pendopo tempat peristirahatan tepatnya pada pukul
8 malam, sesampainya disana gus melihat kondisi wilayah sekitar dengan
menggunakan lampu senter, untuk memilih tempat yang akan di gunakan untuk
ritual selanjutnya, selang beberapa saat, gus pun mengatakan Puniko loh
sampun antri.. kamipun bertanya “antri
nopo Gus?? “, ujargus niko lho mosok mboten katingal sambil
menyotkan lampu senter ketempat sekumpulan beberapa punggawa kerajaan yang
mengiringi kereta kencana yang tampak oleh mata saya, akan tetapi anehnya
sekumpulan tersebut berada di tengah laut lepas, tapi entah kenapa keadaan
kereta tersebut belum terisi apa-apa alias kosong blooong... lantas kami beriga
bertanya kepada Gus “lho gus niku ngiringi sinten, kok keretane kosong” ujar
gus “ nggih awak’e dewe kiambak ingkang di jemput ”, dalam perbincangan kami
lantas seketika itu gus lekas-lekas mengomando agar kami untuk bergegas menuju
tempat ritual yang sudah tepat menurut Gus.
Kamipun segera mempersiapkan sesgala sesuatu yang diperlukan untuk prosesi
ritual tersebut, setelah kita rasa semua sudah siap, maka kamipun segera
mengatur posisi masing-masing, lantas prosesi siap dilaksanakan yang langsung
dipimpin oleh beliau yakni Gus Madjid sendiri, didalam perjalanan ritual yang
kami alami ada sesuatu keanehan yakni : adanya cahaya biru yang seketika itu
datang muncul tiba-tiba dari tengah laut menuju kebibir pantai dan langsung
merangsek seolah masuk pada diri kami
berempat, dan seketika itu kamipun ..........dst..... ( mohon ma’af kami tidak
bisa atau tidak diperbolehkan menceritakan kronologis sewaktu perjalanan Gho’ib
kami tersebut oleh kahanan Gho’ib di Purwo).
Selang beberapa waktu kemudian disa’at kita sudah dalam kondisi normal
sepenuhnya , lantas Gus pun tiba-tiba mengucapkan Sugeng Rahayu
kagem sedoyoke mawon , matur sembah nuwun Wa’alaikum salam, seketika itu juga salah
satu dari kami yang bernama Ki Samber Sukmo atau Mas Heris Eko Prasetyo
diperintah oleh Gus untuk mengulurkan telapak tangan dan menengadahkan tangannya
keatas, dan tiba-tiba ada kilatan cahaya yang tampak dari atas menuju telapak
tangan Ki Samber tersebut, lantas digenggamnya seketika itu dan ujar Gus jangan
dibuka dulu, setelah prosesi selesai kamipun meluruskan kaki kami untuk
bersantai , dan kamipun saling bergantian untuk meneguk air yang kami bawa dari
Goa Istana, lantas kami bercakap-cakap santai, dalam percakapan tersebut
kemudian saya teringat bahwa Mas Heris tadi diperintah Gus untuk menggenggam
sesuatu dan tidak boleh dibuka, dan lantas saya bertanya kepada Gus , nopo
niku Gus engkang di gegem Mas Heris, jawab Gus ... lho iyo... cobi dibukak Mas
Heris...? seketika itu juga Ki Samber membuka salah satu telapak tangannya yang
masih menggenggam itu, wal hasil ketika dibuka, Syukur Alkhamdulillah
terlihatlah sebuah Mustika berwarna biru gelap.
Hari berganti hari waktupun berlalu, kisah panjang di Parang Ireng tidak bisa
semua kisah, diperbolehkan untuk kami tulis disini, waktu kami diparang Ireng
tersebut Alkhamdulillah berjalan lancar hingga 2 hari 2 malam maka lengkaplah
ritual ngebleng atau melek tanpa tidur selama 3 hari 3 malam di Alas Purwo.
Pagi inipun dilanjut untuk bergeser di Sendang Pancur, untuk mencari
peristirahatan yang tepat dan strategis menurut kami, dan maka dapatlah kami
posisi yang tepat yaitu disebelah sisi kanan Sendang Pancur tersebut, di Sendang Pancur ini kamipun ternyata tidak
sendirian , akan tetapi ada beberapa rombongan ada yang menginap mendirikan
tenda sebelum kami datang di Pancur, dan disitu terlihat ada yang kakek berumur
kira-kira 70 tahun ada juga para ahli laku spiritual yang masih berusia muda ,serta
ada yang bertahun tahun lebih dari 5 hingga 17 tahun dia lelaku di situ, ada
juga tampak beberapa orang yang datang
dari luar Jawa antara lain: Papua, Kalimantan,sulawesi hingga ada yang dari
Mancanegara.
Segeralah kamipun mendirikan tenda,dan berlomba-lomba untuk segera berdiri
di karenakan kami sudah tidak kuat untuk menahan rasa kantuk yang begitu berat.
Setelah tenda berdiri dan tanpa komandopun kami langsng tidur dengan pulasnya,
tetapi anehnya pada hal niat kita malam ini kita untuk tidur sepulas pulasnya
tetpi anehnya tidur selama 1 jam seperti tidur sehari semalam bahkan 1 minggu
lamanya terasa bagi kami, dan waktupun sudah menunjuk apapun tidur kami tidak
sepulas tidur di rumah, waktu pun sudah menunjukkan jam 2 siang dan
melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, setelah selesai sholat Gus pun berkata “ enaknya keadaan kayak begini
bakar singkong ya “ saya menjawab “ angsal dugi pundi gus, wong tebih dari
kampung”tapi anehnya seketika itu tenda kami seperti ada yang melempar sesuatu “GLEPAK”
dan bergegaslah mbah Gandreng untuk keluar dari tenda melihat apa yang terjadi,
saya pun ikut penasaran ada apa di luar,hati saya pun bergumam siapakah yang
melempar tenda kami, lantas mbah Gandreng menemukan sebuah singkong mentah yang
besar lantas di tunjukkan kepada saya, dan kamipun kebingungan atas kejadian
tersebut, lantas telinga saya mendengar riuh rendahnya suara monyet
bergelantungan di pohon di atas sendang Pancur, dan ada beberapa ekor monyet
datang mendekat pada kami seperti membawa sesuatu di tangannya, dan ternyata
yang dia pegang adalah singkong lalu di lemparkan pada tenda kami, subhanalloh
saya pun langsung teringat ucapan Gus tadi menyinggung masalah singkong dan
yang tak mungkin ada di tengah alas Purwo yang nota benenya jauh dari
perkampungan penduduk. Dan segeralah kami untuk memungut singkong-singkong
tersebut dengan berucap syukur Alhamdulillah,yang saya yakini inilah bukti
kuasa Alloh yang nyata, bagi Alloh tiada yang tidak mungkin jika Alloh
berkehendak. Bergegaslah untuk kami mencari ranting kering untuk membakar
singkong tersebut.
Sisa haripun kami habiskan di Sendang Pancur, dan malampun semakin larut,
waktu menunjukkan pukul 12 malam, bergegas kita mengambil air wudlu untuk
melaksanakan prosesi ritual jamasan pusaka Piandel kami, dan prosesi tersebut
dilakukan di bibir pantai, setelah selesai ritual jamasan pusaka kami pun
langsung melaksanakan latihan penyelarasan Ilmu tingkat tinggi Kanuragan dll
yang akan di ijasahkan pada kami oleh Guru besar kami yakni Gus Majid. Dan haripun tidak terasa sudah hari ke 7,
prosesi ritual kami di Alas Purwopun berjalan dengan Hikmat dan Lancar hingga
waktu penyelarasan pun tiba.
Demikian sekelumit kisah yang bisa saya
ceritakan buat sebuah kenangan kami waktu menjalani proses penggemblengan
penggodogkan kita di “PSDMD” dan mohon ma’af sebesar besarnya kepada para
pembaca sekalian karena sebetulnya waktu kami ritual di Alas Purwo itu adalah
menempuh 7 hari 7 malam , jika saya tulis kisah yang detil setiap harinya maka,
teramat banyaklah kenangan suka duka waktu kami disana , belum lagi disa’at
ritual di gelar waktu itu langsung segera turun hujan yang begitu derasnya ,
juga belum lagi kami mendapat kenang-kenangan sesuatu dari mahluq gho’ib di beberapa
tempat di Alas Purwo, Sendang dan goa-goa yang lain, semua itu belum sempat
saya tulis dalam catatan saya ini .
Dan
semoga sebagian dari seklumit kisah yang saya tulis ini, menjadikan suatu ajang
motivasi kita dan para pembaca artikel sekalian , agar terus menanamkan Iman
dan Taqwa pada Diri pribadi kita, sehingga agar betul-betul memahami bahwa
segala sesuatu itu bisa terjadi hanya dengan campur tangan Alloh SWT, sebab
jika tanpa kita meyakini akan adanya campur tangan Alloh , maka musnahlah
Tauhid kita, jika Musnah Tauhid maka rusaklah Iman kita, jika sudah rusaknya
Iman kita, maka bengkok lah arah tujuan kita, jika sudah bengkok arah tujuan
kita , maka tidak berpedoman lah kita, jika tiada pedoman diri kita , maka
Kafirlah kita jika sudah kafir diri kita maka, angkara murkalah batiniah kita,
jika angkara dalam batiniah kita, maka gelaplah mata kita jika sudah gelap mata
kita maka tak mampu lagi untuk memilih bagi kita antara mana yang Hak dan mana
yang Batil, jika sudah begitu maka Adzablah kita , jika sudah Adzab kita maka
tertutuplah pintu hidayah bagi kita, jika sudah tertutup pintu hidayah bagi
kita dan kitapun tidak mau untuk kembali kejalan yang lurus dan benar maka,
Jahannam lah yang menanti kita WALLOHU A’LAM BISSOWAB.
PENULIS
SANTRI PSDMD
KI SLAMPAR EDAN/TINTUS
No comments:
Post a Comment