Thursday, August 25, 2016

Ekspedisi Ritual Pra Penyelarasan Santri Ahli Malam 1 Suro



Assalamu'alaikum warokhmatullohi wabarokatuh... Sugeng Rahayu Sagunging dumadi  salam Budaya dan salam seduluran. 
Mohon maaf para pembaca sekalian sengaja kami unggah artikel ini  semua tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk mengenang kisah-kisah perjalanan  kami antara santri "PSDMD" yang jauh atau yang sa'at ini dekat pada tempat Padepokan Kami,  agar bisa selalu mengenang kisah-kisah antara kami yakni kakak dan adik seperguruan selama dalam naungan di Padepokan kami yakni "PSDMD" ( Suksmo Djagad Manunggal Djati ), dan kisah dibawah ini kami alami waktu perjalanan Ritual  7 hari 7 malam yang waktu itu saya atas nama : Tintus Suhardinata






/ Ki Slampar Edan  Dari Nganjuk Jawa Timur dalam artikel ini menulis kisah pengalaman kami waktu di malam 1 Suro Pada hari kamis kliwon (malam jum’at  legi) tanggal 24 Oktober  2014  , yakni : Ekspedisi Ritual di Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur.
 
                 Pada hari kamis kliwon (malam jum’at  legi) tanggal 24 Oktober  2014 yang tepatnya pada malam 1 Suro di lokasi daerah Banyuwangi tepatnya di Alas Purwo yang terkenal dengan hutan yang wingit atau angker, adapun nama-nama santri PSDMD pada rombongan adalah:
1.       Guru besar ( Gus Majid )
2.       Saya sendiri ( Ki Slampar Edan )
3.       Ki Guntur Jagad Lelono
4.       Ki Samber Sukmo
                Pada hari pertama kami merencakan untuk masuk pintu gerbang Alas Purwo harus pas pada saat waktu menjelang magrib,itupun petunjuk dari guru kami yaitu Gus Majid/Ki Ageng Selo. Setelah melewati rimbunan pohon yang rindang dan gelapnya hutan menjadi lebih kuat suasana seram di Alas Purwo. Perjalanan panjang pun telah kita lalui dan akhirnya tiba pula d tempat parkir Alas Purwo, dan sesampainya di tempat parkir kami pun memilih untuk istirahat d bawah pohon besar, perut kami berempat pun keroncongan dan tidak bisa diajak kompromi lagi, kompor darurat pun akhirnya terpaksa kami keluarkan untuk mengatasi masalah perut, rombongan pun akhirnya  untuk memilih  membuka bekal yang kami bawa dari rumah yaitu ikan Ayam kukus yang rencana untuk di makan d tempat tujuan pertama, dan akhirnya bungkus ayampun di buka dan  ternyataaaaaa......apa yang terjadi?? Ayam kukuspun sudah terdapat arek arek suroboyo yg ngikut d ayam tersebut Alias Set atau Belatung yang baru lahir, mau tidak mau dan dari pada mubadir di  buang rombongan pun memilih untuk di cuci dan dimasak ato digoreng, awalpun kami enggan untuk menyantap ikan tersebut dan dengan Bismillah ridho alloh perut kamipun kebal dengan semua itu.
Setelah istirahat selesai, rombongan pun meneruskan perjalanan ritual dengan tujuan di Goa Istana yang tepatnya berjarak 2 KM dari tempat parkiran, kamipun berjalan menyusuri jalan setapak yang dikanan kirinya penuh dengan pohon2 besar. Setengah perjalan telah kami lewati dan rombongan sepakat istirahat sejenak untuk ambil rokok sebatang,,hehe maklum sudah kecut rasa mulutnya. Istirahatpun selesai, rombongan pun melanjutkan perjalanan religinya ke tempat tujuan. Dan alhamdulillah dengan Ridlo Alloh kamipun sampai di temapat tujuan yaitu di Goa Istana, sesampainya rombonganpun langsung ritual kungkum di salah satu sendang yakni tempat petilasan Syeh Siti Jenar. Setelah ritual selesai kami pun mendirikan tenda di tengah hutan bambu yang rindang. Setelah tenda berdiri kamipun mencari dahan dan ranting untuk api unggun, setelah itu kompor darurat di keluarkan dari tas untuk memasak air untuk ngopi, malampun semakin larut dan tidak terasa kabutpun mulai turun karena rombongan kami bersepakat untuk ngebleng (tidak tidur) hingga 3 hari 3 malam,agar untuk menghilangkan rasa kantuk kami gunakan untuk aktivitas seperti contohne, bernyanyi langgam jowo, ada yang nggoreng kerupuk, ada yang meneliti pamor keris yang dibawa nya menjelang ritual berikutnya, dan tidak terasa fajarpun mulai menjemput pagi, gelap pun berganti terang.
                Kami semakin terasa mata kami untuk di buka karena wajar, karena matahari sudah muncul, akan tetapi kami para rombongan karena bersepakat untuk meneruskan laku melek maka kami harus tetap terjaga dalam kondisi apapun dan tidak boleh lengah, maka kami memutuskan pada waktu itu agar badan fresh kembali, kami melakukan mandi dan kungkum di sendang yang saya ceritakan di atas, setelah kegiatan tersebut selesai waktu pun kami buat untuk bersenda gurau atau bersantai dan menikamati dingin nya udara pagi di alas yang asri tersebut, selang beberapa saat kemudian ada sekumpulan hewan berupa monyet/kera berkumpul tepat di atas pohon sekitar tenda kami, seakan-akan mereka menyambut kedatangan kami, akan tetapi aneh tapi nyata segerombolan hewan tersebut seolah ingin menyampaikan sesuatu kepada kami, karena kami saling penasaran lantas kami bertanya pada guru besar yang membimbing kami akan tetapi, guru besar kami berkata lah ngono kae sing paham Ki Slampar Edan, cobi jenengan tangletke kalean Ki Slampar Edan yakni (saya sendiri). Karena guru yang mengatakan seperti itu maka sayapun bergegas ngerekso ning waskito, didalam saya ngerekso tersebut dalam pandangan mata batin saya, mengatakan bahwa pimpinan hewan tersebut menyampaikan selamat datang kepada para rombongan, lantas disitu ada salah satuyang tampak dalam ppandangan mata batiniah saya, seekor kera putih yang ada mahkota diatas kepalanya , beliau berkata Ngger mangke dalu geser teng parang ireng dan saya pun menjawab Sendiko dawuh  seketika itu kami di berikan kenang-kenangan yakni sebuah batu berwarna biru, entah apa namanya batu tersebut, akan tetapi saya disuruh mengambilnya ditengah-tengah pohon bambu tepatnya di bambu yang melengkung diatas tenda kami,setelah Kera putih menucapkan hal tersebut lantas seketika itu pula rombongan kera putih tersebut hilang dari pandangan mata batiniah saya, setelah itu saya membuka mata saya lantas mengatakan akan kejadian yang saya alami kepada mursyid saya, sembari saya mengatakan yang saya alami tersebut kepada mursyod saya segerombolan kera yang tampak mata tersebut berangsur-angsur pergi dari pandangan mata kami, entah pergi kemana saya tidak tahu .
Setelah saya menyampaikan hal tersebut kepada guru saya maka guru saya menjawab  lah nek ancene mekaten, nggih pun jenengan pundhut mawon, karena saya kebingungan di Pundut dimana??, belum sempat saya tanyakan pada guru saya, Gus pun menjawab Pun jenengan penek mawon ( sudah kamu panjat saja). Seketika itu juga saya memanjat pohon bambu yang melengkung tadi, dan akhirnya  setelah saya sampai kira-kira 4 meter dari tanah saya masih kebingungan untuk mencarinya, lantas saya bertanya kepada Gus, Ten pundi Gus, Gus menjawab  ten sebelah kaki jenengan, disitu pun batu tersebut juga tidak ditemukan, lantas Gus berkata kepada salah satu rombongan yakni Ki Guntur Jagat Lelono/Mbah Gandreng, Mbah Ki slampar sampean uncali sangkur, kersane dhamel motong bambune, lantas Mbah gandreng pun memberikan sebilah sangkur kepada saya,dan saya pun menerima sangkur tersebut, akhirnya bambu tersebut saya potong belum sempat terpotong sepenuhnya maka tampaklah suatu yang lain pada bambu tersebut yakkni tepat di tengah-tengah rongga bambu, memang benar saya temukan ada batu sebesar ujung jari kelingking.
Setelah itu saya turun dan memperlihatkan apa yang saya temukan tersebut kepada Gus dan kawan-kawan, ujar Gus, Nggih di agem mawon, waktupun berlalu hingga mataharipun tampak tepat di atas kepala kita, karena kita sudah waktunya untuk makan, maka kita sepakat untuk menanak nasi, sambil menunggu matangnya nasi kita saling beraktifitas berbeda, untuk menghilangkan rasa kantuk yang berat, disela-sela aktifitas tersebut, saya menyaksikan hal yang aneh pada batu tersebut, yakni ada getaran-getaran tertentu pada batu tersebut, karena saya penasaran, saya ambillah batu tersebut lantas entah kenapa di hati saya seolah ada yang menyuruh untuk meletakkan batu tersebut di atas batu cincin yang saya pakai, dan tiba-tiba batu tersebut memutar dengan tersendiri nya, karena semakin penasaran saya mencoba untuk memerintahkan batu tersebut, apakah mau berputar atau berhenti berputar atas perintah saya, dan ternyata Subhanallah dengan seizin alloh dia menuruti perintah saya, karena saya tau keadaan begitu lantas saya meberitahukan kepada teman saya, pertama kepada Ki samber Sukmo Jagat Pamungkas, setelah saya ceritakan apa yang terjadi tadi, seketika itu Ki samber meminta untuk membuktikannya, dan saya pun berkata coba jenengan perintah Ki..., walhasil batu tersebut tidak mau di perintah selain saya.
Dan tidak terasa pun nasi sudah matang dan kamipun menikmati makan dengan rasa syukur, dan rombongan pun bergeser pindah tempat ke parang ireng yang sesuai dengan isyaroh yang saya terima tadi, karena semakin sore kamipun berkemas untuk meninggalkan lokasi goa istana menuju parang ireng, dalam perjalanan kamipun di sambut berbagai macam hewan seperti, burung yang panjang sayapnya lebih dari 3 Meter, dan kepakan sayapnya pun dari 50 meter terdengar hingga ke telinga kami, entah burung apa nama dan jenisnya, selang beberapa saat rombongan pun bertemu dengan sebuah pohon Palem yang diatasnya tumbuh lagi pohon kapuk/kapas (Randu) dan anehnya lagi Subhanallah, yang tampak pada rombongan kami pohon tersebut di beberapa salah satu dahannya berbentuk lafadz “ALLOH”, lantas kami ingin mengabadikannya akan tetapi ujar Gus “Jangan, itu tidak mungkin bisa difoto” ujar Gus lagi “ karena kita semua ini sekarang ada di separuh bagian alam lain.,perjalanan pun kami lanjutkan dengan penuh hati-hati dan tetap terjaga, selang beberapa langkah rombonganpun menemui segerombolan hewan Kijang dan anehnya yang nampak oleh mata rombongan ada yang besarnya melebihi besarnya sapi dewasa, menurut saya mungkin salah satu pemimpinnya, yang mempunyai ciri, mempunyai belang putih di lehernya, kamipun berlalu akan tetapi sebelum kami melewati segerombolan kijang tersebut, seketika itu seluruhnya menundukkan kepala seperti memeberi salam kepada kita. Akan tetapi lantas kijang yang paling besar mendekati kepada kami karena kami tau hewan tersebut kamanungsan maka kamipun berhenti sejenak dalam hati saya mungkin kita disuruh Gus untuk berhenti biar hewan tersebut lewat untuk memotong jalan kami, akan tetapi apa yang terjadi berhenti dipinggir jalan setapak yang akan kita lewati seraya menganggukkan kepala, lalu tertunduk, setelah itu Gus menyuruh rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Singkat kata kami telah sampai di tempat tujuan yaitu parang ireng, stelah itu rombongan langsung menuju pendopo tempat peristirahatan tepatnya pada pukul 8 malam, sesampainya disana gus melihat kondisi wilayah sekitar dengan menggunakan lampu senter, untuk memilih tempat yang akan di gunakan untuk ritual selanjutnya, selang beberapa saat, gus pun mengatakan Puniko loh sampun antri..  kamipun bertanya “antri nopo Gus?? “, ujargus niko lho mosok mboten katingal sambil menyotkan lampu senter ketempat sekumpulan beberapa punggawa kerajaan yang mengiringi kereta kencana yang tampak oleh mata saya, akan tetapi anehnya sekumpulan tersebut berada di tengah laut lepas, tapi entah kenapa keadaan kereta tersebut belum terisi apa-apa alias kosong blooong... lantas kami beriga bertanya kepada Gus “lho gus niku ngiringi sinten, kok keretane kosong” ujar gus “ nggih awak’e dewe kiambak ingkang di jemput ”, dalam perbincangan kami lantas seketika itu gus lekas-lekas mengomando agar kami untuk bergegas menuju tempat ritual yang sudah tepat menurut Gus.
Kamipun segera mempersiapkan sesgala sesuatu yang diperlukan untuk prosesi ritual tersebut, setelah kita rasa semua sudah siap, maka kamipun segera mengatur posisi masing-masing, lantas prosesi siap dilaksanakan yang langsung dipimpin oleh beliau yakni Gus Madjid sendiri, didalam perjalanan ritual yang kami alami ada sesuatu keanehan yakni : adanya cahaya biru yang seketika itu datang muncul tiba-tiba dari tengah laut menuju kebibir pantai dan langsung merangsek  seolah masuk pada diri kami berempat, dan seketika itu kamipun ..........dst..... ( mohon ma’af kami tidak bisa atau tidak diperbolehkan menceritakan kronologis sewaktu perjalanan Gho’ib kami tersebut oleh kahanan Gho’ib di Purwo).
Selang beberapa waktu kemudian disa’at kita sudah dalam kondisi normal sepenuhnya  , lantas  Gus pun tiba-tiba mengucapkan Sugeng Rahayu kagem sedoyoke mawon , matur sembah nuwun Wa’alaikum salam, seketika itu juga salah satu dari kami yang bernama Ki Samber Sukmo atau Mas Heris Eko Prasetyo diperintah oleh Gus untuk mengulurkan telapak tangan dan menengadahkan tangannya keatas, dan tiba-tiba ada kilatan cahaya yang tampak dari atas menuju telapak tangan Ki Samber tersebut, lantas digenggamnya seketika itu dan ujar Gus jangan dibuka dulu, setelah prosesi selesai kamipun meluruskan kaki kami untuk bersantai , dan kamipun saling bergantian untuk meneguk air yang kami bawa dari Goa Istana, lantas kami bercakap-cakap santai, dalam percakapan tersebut kemudian saya teringat bahwa Mas Heris tadi diperintah Gus untuk menggenggam sesuatu dan tidak boleh dibuka, dan lantas saya bertanya kepada Gus , nopo niku Gus engkang di gegem Mas Heris,  jawab Gus ... lho iyo... cobi dibukak Mas Heris...? seketika itu juga Ki Samber membuka salah satu telapak tangannya yang masih menggenggam itu, wal hasil ketika dibuka, Syukur Alkhamdulillah terlihatlah sebuah Mustika berwarna biru gelap.
Hari berganti hari waktupun berlalu, kisah panjang di Parang Ireng tidak bisa semua kisah, diperbolehkan untuk kami tulis disini, waktu kami diparang Ireng tersebut Alkhamdulillah berjalan lancar hingga 2 hari 2 malam maka lengkaplah ritual ngebleng atau melek tanpa tidur selama 3 hari 3 malam di Alas Purwo.
Pagi inipun dilanjut untuk bergeser di Sendang Pancur, untuk mencari peristirahatan yang tepat dan strategis menurut kami, dan maka dapatlah kami posisi yang tepat yaitu disebelah sisi kanan Sendang Pancur tersebut,  di Sendang Pancur ini kamipun ternyata tidak sendirian , akan tetapi ada beberapa rombongan ada yang menginap mendirikan tenda sebelum kami datang di Pancur, dan disitu terlihat ada yang kakek berumur kira-kira 70 tahun ada juga para ahli laku spiritual yang masih berusia muda ,serta ada yang bertahun tahun lebih dari 5 hingga 17 tahun dia lelaku di situ, ada juga tampak beberapa orang  yang datang dari luar Jawa antara lain: Papua, Kalimantan,sulawesi hingga ada yang dari Mancanegara.
Segeralah kamipun mendirikan tenda,dan berlomba-lomba untuk segera berdiri di karenakan kami sudah tidak kuat untuk menahan rasa kantuk yang begitu berat. Setelah tenda berdiri dan tanpa komandopun kami langsng tidur dengan pulasnya, tetapi anehnya pada hal niat kita malam ini kita untuk tidur sepulas pulasnya tetpi anehnya tidur selama 1 jam seperti tidur sehari semalam bahkan 1 minggu lamanya terasa bagi kami, dan waktupun sudah menunjuk apapun tidur kami tidak sepulas tidur di rumah, waktu pun sudah menunjukkan jam 2 siang dan melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, setelah selesai sholat  Gus pun berkata “ enaknya keadaan kayak begini bakar singkong ya “ saya menjawab “ angsal dugi pundi gus, wong tebih dari kampung”tapi anehnya seketika itu tenda kami seperti ada yang melempar sesuatu “GLEPAK” dan bergegaslah mbah Gandreng untuk keluar dari tenda melihat apa yang terjadi, saya pun ikut penasaran ada apa di luar,hati saya pun bergumam siapakah yang melempar tenda kami, lantas mbah Gandreng menemukan sebuah singkong mentah yang besar lantas di tunjukkan kepada saya, dan kamipun kebingungan atas kejadian tersebut, lantas telinga saya mendengar riuh rendahnya suara monyet bergelantungan di pohon di atas sendang Pancur, dan ada beberapa ekor monyet datang mendekat pada kami seperti membawa sesuatu di tangannya, dan ternyata yang dia pegang adalah singkong lalu di lemparkan pada tenda kami, subhanalloh saya pun langsung teringat ucapan Gus tadi menyinggung masalah singkong dan yang tak mungkin ada di tengah alas Purwo yang nota benenya jauh dari perkampungan penduduk. Dan segeralah kami untuk memungut singkong-singkong tersebut dengan berucap syukur Alhamdulillah,yang saya yakini inilah bukti kuasa Alloh yang nyata, bagi Alloh tiada yang tidak mungkin jika Alloh berkehendak. Bergegaslah untuk kami mencari ranting kering untuk membakar singkong tersebut.
Sisa haripun kami habiskan di Sendang Pancur, dan malampun semakin larut, waktu menunjukkan pukul 12 malam, bergegas kita mengambil air wudlu untuk melaksanakan prosesi ritual jamasan pusaka Piandel kami, dan prosesi tersebut dilakukan di bibir pantai, setelah selesai ritual jamasan pusaka kami pun langsung melaksanakan latihan penyelarasan Ilmu tingkat tinggi Kanuragan dll yang akan di ijasahkan pada kami oleh Guru besar kami yakni Gus Majid.  Dan haripun tidak terasa sudah hari ke 7, prosesi ritual kami di Alas Purwopun berjalan dengan Hikmat dan Lancar hingga waktu penyelarasan pun tiba.   
Demikian sekelumit kisah yang bisa saya ceritakan buat sebuah kenangan kami waktu menjalani proses penggemblengan penggodogkan kita di “PSDMD” dan mohon ma’af sebesar besarnya kepada para pembaca sekalian karena sebetulnya waktu kami ritual di Alas Purwo itu adalah menempuh 7 hari 7 malam , jika saya tulis kisah yang detil setiap harinya maka, teramat banyaklah kenangan suka duka waktu kami disana , belum lagi disa’at ritual di gelar waktu itu langsung segera turun hujan yang begitu derasnya , juga belum lagi kami mendapat kenang-kenangan sesuatu dari mahluq gho’ib di beberapa tempat di Alas Purwo, Sendang dan goa-goa yang lain, semua itu belum sempat saya tulis dalam  catatan saya ini .
                Dan semoga sebagian dari seklumit kisah yang saya tulis ini, menjadikan suatu ajang motivasi kita dan para pembaca artikel sekalian , agar terus menanamkan Iman dan Taqwa pada Diri pribadi kita, sehingga agar betul-betul memahami bahwa segala sesuatu itu bisa terjadi hanya dengan campur tangan Alloh SWT, sebab jika tanpa kita meyakini akan adanya campur tangan Alloh , maka musnahlah Tauhid kita, jika Musnah Tauhid maka rusaklah Iman kita, jika sudah rusaknya Iman kita, maka bengkok lah arah tujuan kita, jika sudah bengkok arah tujuan kita , maka tidak berpedoman lah kita, jika tiada pedoman diri kita , maka Kafirlah kita jika sudah kafir diri kita maka, angkara murkalah batiniah kita, jika angkara dalam batiniah kita, maka gelaplah mata kita jika sudah gelap mata kita maka tak mampu lagi untuk memilih bagi kita antara mana yang Hak dan mana yang Batil, jika sudah begitu maka Adzablah kita , jika sudah Adzab kita maka tertutuplah pintu hidayah bagi kita, jika sudah tertutup pintu hidayah bagi kita dan kitapun tidak mau untuk kembali kejalan yang lurus dan benar maka, Jahannam lah yang menanti kita WALLOHU A’LAM BISSOWAB.

                                                                                                    PENULIS SANTRI PSDMD

                                                                                                  KI SLAMPAR EDAN/TINTUS

No comments: